HTTP Status[404] Errno [0]

Bingkai Politik Dalam Kedok Silaturahmi

08 January 2019 17:12
Bingkai Politik Dalam Kedok Silaturahmi

BY : SUGIANI ARMUL

(Mahasiswi STKIP Muhammadiyah Bulukumba)

BugisPos – Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk (binatang) politik (zoonpoticon).

Dalam hal ini, filsafat politik Aristoteles mengacu pada masyarakat itu sendiri, karenanya Aristoteles menekankan filsafat politiknya pada hubungan sosial dalam masyarakat atau negara sehingga masyarakat mengenal budi, dan menjalankan fungsinya baik secara individu maupun sosial.

Sehingga pada dasarnya politik yang sesuai tafsiran ahli tidak terlepas daripada hubungan sosial kemasyarakatan sehingga ada pergeseran nilai yang ditafsirkan secara subjektivitas pada politik itu sendiri.

Dengan terjadi perubahan dalam sosial dan kultur, dalam menghadapi perubahan sosial budaya tentu masalah utama yang perlu diselesaikan ialah pembatasan pengertian atau definisi perubahan sosial (perubahan kebudayaan) itu sendiri.

Ahli-ahli sosiologi dan antropologi telah banyak membicarakannya. William F. Ogburn berpendapat, ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan, baik yang material ataupun yang bukan material. Unsur-unsur material itu berpengaruh besar atas bukan-material.

Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial ialah perubahan dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, dengan timbulnya organisasi buruh dalama masyarakat kapitalis, terjadi perubahan-perubahan hubungan antara buruh dengan majikan, selanjutnya perubahan-perubahan organisasi ekonomi dan politik.

Karenanya filsafat politik merupakan sebuah konsep negara dan kekuasaan secara ideal, di dalamnya berbicara mengenai kebaikan bersama, dan kebaikan bersama tersebut dapat terwujud melalui pengetahuan yang baik tentang politik tersebut.

Paling tidak menurut pandangan Aristoteles, filsafat politik bagaikan obat untuk penyembuhan penyakit yang disebut konflik. Kendati konflik dalam masyarakat sukar untuk didamaikan.

Begitu pula yang dikemukakan Plato; baginya, tujuan hidup manusia ialah kehidupan yang senang dan bahagia. Manusia harus mengupayakan kesenangan dan kebahagiaan hidup itu. Tetapi apakah kesenangan dan kebahagiaan hidup itu?

Menurut Plato; kesenangan dan kebahagiaan hidup bukanlah pemuasan hawa nafsu selama hidup di dunia inderawi.

Plato berkeyakinan yang mana manusia terdiri dari tiga bagian, yakni; kepala, dada, dan perut. Kepala menyimpan kebijaksanaan, dada menyimpan kesemangatan, dan perut berisi nafsu.

Dalam konteks ini pemimpin ideal terletak pada orang yang bijak di mana kepala (akal) sebagai panglimanya, sedangkan orang yang mengandalkan semangat ia cocok menjadi prajurit atau tentara, dan orang yang mengutamakan perut ia cocok menjadi pedagang.

Faktor paling penting dalam komunikasi politik terletak pada isi pesan yang bermuatan politik. Isi pesan yang sarat dengan muatan nilai-nilai politik ini kemudian juga turut memberi andil besar dalam menentukan arah dari beragam tujuan komunikasi politik itu sendiri. Mulai dari sekadar penyampaian informasi politik, pembentukan citra politik, pembentukan opini publik, dan bisa pula untuk mengendalikan pendapat atau tuduhan lawan politik.

Pada masa kini, kebanyakan golongan atau kelompok memaknai politik secara pragmatis sehingga arah kebijakan politik tidak terlepas dari pada kebutuhan individu atau kelompok tertentu saja sehingga proses modernisasi ekonomi dan perubahan sosial dunia yang telah membuat masyarakat tercabut dari identitas lokal dan memperlemah negara bangsa sebagai sumber identitas mereka.

Budaya politik kini mengakar di tengah masyarakat dengan konsep keyakinan dengan pola kebijakan ekonomi atau prilaku bisnis, tidak bisa kita pungkiri kesenjangan ekonomi yang menghantui di tengah-tengah masyarakat menyebabkan motivasi berfikir masyarakat cenderung lemah. Mendiskusikan politik tidak sekedar membahas persoalan kedudukan maupun partai tetapi membahas politik harus berada pada subtansinya yaitu demokrasi (Dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat).

Namun realitas yang terjadi pada hari ini hanya sekedar wacana dan konsep sebagai bentuk formalitas semata untuk menciptakan frame politik yang bagus di tengah tengah masyarakat.
Sebagai generasi penerus bangsa yaitu pemuda(i) kita harus merubah polo fikir yang memandang politik itu sebagai wadah pragmatis, namun harus mengarahkan pemikiran bahwa politik itu adalah sebuah proses bermasyarakat dan bertujuan mengangkat derajat tatanan bangsa itu sendiri dengan memakai pendekatan pengetahuan. Olehnya itu sebagai generasi yang tentunya menjadi penentu arah tatanan bangsa ini mampu menjadi cerminan bagi masyarakat untuk memakmurkan dan mensejaterakan masyarakat itu sendiri.

640 Views

Bugispos.com adalah media online yang
menyajikan berita terbaru dan populer, baik hukum, kriminal, peristiwa, politik, bisnis, entertainment, event serta berita lainnya