HTTP Status[404] Errno [0]

Mengungkap Misteri Makam TUJUA KAREBOSI

14 January 2019 06:19
Mengungkap Misteri Makam TUJUA KAREBOSI      
Makam Tujua Karebosi

BugisPos — Lapangan Karebosi yang luasnya sekitar 11 hektar, yang telah direvitalisasi Pemkot Makassar di zaman Walikota Ilham Arief Sirajuddin, bekerjasama dengan PT Tosan Permai Lestari milik Hasan Basri, adalah ikon kota Makassar paling populer sepanjang sejarah. Di situ pula terdapat tujuh makam misterius yang muncul sejak abad ke-10, sebelum kerajaan Gowa-Tallo terbentuk. Sampai sekarang, tetap terpelihara, dan diziarahi banyak orang.

Pemkot Makassar telah menata lebih cantik dan lebih terhormat ke tujuh buah makam, sebagai bagian penting revitalisasi. Dua Walikota sebelumnya, HM Dg.Patompo dan Suwahyo, pernah meratakannya dengan tanah. Namun ke tujuh makamitu selalu muncul kembali.

Kemarau Tujuh Tahun

Di abad ke-10, terjadi kemarau panjang selama tujuh tahun. Akibatnya, paceklik mendera penduduk dari Gowa hingga Tallo. Kekacauan pun terjadi sepanjang kemarau. Lalu akhirnya turun hujan deras selama tujuh hari tujuh malam, desertai petir mengguncang dimana-mana. Hari ke delapan, hujan dan halilintar berhenti.

Sisa rintik-rintik menyisakan gerimis halus dari langit, dan memunculkan pelangi dari arah timur. Karebosi sekejap menjadi kering, lalu keajaiban pun terjadi. Tiba-tiba disitu muncul tujuh gundukan tanah dalam posisi berjejer dari arah selatan ke utara, menyebarkan bau bunga yang harum. Baunya terasa dari jenis bunga pandan. Sejumlah penduduk di sekitar tempat itu, terperangah dan kaget.

Selanjutnya, dari tujuh gundukan tanah, masing-masing muncul satu orang yang memakai gaun warna kuning keemasan. Jumlahnya tujuh orang. Namun ke tujuh orang tersebut hanya nampak sesaat, lalu menghilang entah kemana. Penduduk yang menyaksikan, semakin kaget, takjub, antara percaya dan tidak percaya atas apa yang mereka saksikan.

Tak ada yang tahu asal-muasal ketujuh orang yang muncul dari tujuh gundukan tanah itu. Namun masyarakat percaya, ke tujuh orang itu adalah Tumanurung (semacam dewa dalam mitologi Bugis Makassar) yang dikirim oleh Tuhan untuk memperbaiki negeri mereka.

Tujuh orang tersebut, yang kemudian mereka sebut dengan nama ; Tujua, adalah sebagai Karaeng Angngerang Bosi atau Tuan yang Membawa Hujan.

Dan dari situlah masyarakat waktu itu terinspirasi, dan memberi nama Kanrobosi atas hamparan persawahan itu. Kanro berarti anugrah dari Tuhan. Dan Bosi berarti hujan. atau bisa juga bermakna kelimpahan. Hujan yang turun waktu itu, adalah limpahan anugrah Tuhan. Kanrobosi menjadi sawah kerajaan. Belanda lalu menguasainya. Namanya diubah jadi Koningsplein. Sejak Indonesia merdeka, namanya diubah menjadi Karebosi.

Misteri Terungkap

Tujuh gundukan tanah di Karebosi, dapat dipastikan itu bukanlah kuburan. Bila disebut makam, julukan tersebut masih dapat diterima. Sebab makam dalam bahasa Arab, berarti suatu tanda bahwa di tempat itu bersemayam atau tersimpan sesuatu.

Ini dialog kecil ketika sore, jam 16.00 wita, Sabtu tanggal 4 April 2009, berlangsung rapat kecil-kecilan di kafe Ozone lantai 4 MTC Karebosi. Rapat diikuti tujuh orang awak redaksi Majalah MITOS (Group Koran Online BugisPos.com)

Misi majalah ini, beritanya khusus digali dari mesteri kehidupan manusia serta kehidupan alam gaib dan dunia jin. Dalam rapat, dibahas tentang materi pemberitaan MITOS pada edisi perdana, yang direncanakan terbit bulan September 2009. Dan antara lain yang dipilih sebagai berita utama di edisi perdana, adalah misteri Makam Tujua di Karebosi.

Dalam pembahasan tentang Tujua tersebut, tiba-tiba ustaz Drs.Abd. Jabbar, pimpinan Yayasan Nurul Taqwa Sungguminasa, yang duduk sebagai Redaktur Khusus MITOS, menyatakan, selain Tujua, masih ada bentuk misteri lain yang ada di Karebosi, yang mungkin juga perlu diungkap.

Saat itulah tiba-tiba semua peserta rapat merasakan bulu kuduknya berdiri kencang. Sepertinya ada barang gaib yang turut bergabung. Ke tujuh peserta rapat nampak berwajah pucat. Bahkan pimpinan rapatnya sendiri, Usdar Nawawi – Pimred MITOS, terlihat berbicara diluar kontrol. Mereka saling tatap satu dengan yang lain. Drs.Moh. Supriyadi Syarifuddin, Wapimred MITOS, dengan wajah pucat menunjuk wajah Usdar dan berkata ; “Owe .. kenapa wajah bapak ini pucat sekali … “ sambil tertawa aneh. Alimijaya dan Sudarman Djoni ikut tersenyum aneh pula.

Salah satu di antara peserta rapat mengatakan, sepertinya ada yang datang. Agaknya salah satu di antara Tujua bersama sejumlah pengawalnya. Mereka ingin mengetahui, mengapa rapat banyak membahas tentang Tujua.

Peristiwa penting selanjutnya ialah, tatkala salah seorang peserta rapat, Redpel MITOS, Arwan D.Awing, dalam perjalanan pulang ke rumahnya di Sudiang sesudah magrib, ternyata ada sesuatu yang mengikutinya. Gaib itu tak lain adalah salah satu dari Tujua. Dalam percakapan keduanya, terungkap rahasia yang dapat menjawab segala bentuk pertanyaan masyarakat selama berabad-abad tentang misteri Tujua.

Gaib tersebut menjelaskan pada Arwan, apabila Tujua mau ditulis untuk diketahui manusia, jangan dilebih-lebihkan, dan jangan pula dikurang-kurangi. Selain itu, dia minta agar makamnya di Karebosi diziarahi pada hari Jumat tanggal 10 April 2009. Bila datang berziarah, jangan membawa bunga. Sebab, katanya, orang yang dibawakan bunga hanya orang yang sudah meninggal. Sedang Tujua bukan orang mati, melainkan adalah bangsa jin yang masih hidup. Dia cuma minta agar masing-masing makam dibacakan surah Al Fatihah satu kali. Itu sudah cukup. Tim redaksi MITOS akhirnya berziarah ke makam Tujua di Karebosi, Jumat 10 April 2009.

Sekedar catatan, Redpel MITOS, Arwan D.Awing, sejak usia 4 tahun sudah terbiasa berkomunikasi dengan bangsa jin. Sudah ribuan jin dia islamkan. Bahkan dia pernah mengobati jin yang sakit, dan pada kesempatan lain, dia pernah menikahkan sepasang jin.

Dalam dialog Karaeng Tu Mabbicarayya dengan Arwan itulah terungkap, bahwa Tujua di Karebosi, nama-namanya adalah sebagai berikut, sesuai urutan letak makam dari selatan ke utara :

  1. Karaeng Tu Mabellayya
  2. Karaeng Tu Mabbicarayya
  3. Karaeng Tu Maccinika
  4. Karaeng Bainea
  5. Karaeng Tu Nipallanggayya
  6. Karaeng Tu Apparumbu Pepeka
  7. Karaeng Tu Angngerang Bosia

Seorang peserta rapat lainnya yang tinggal di Bumi Antang Permai, Muh. Zardi Z.Sirathak, malam itu juga merasa diikuti oleh salah satu dari Tujua, sampai ke rumahnya di blok 4. Pria lajang yang sedang memperdalam ilmunya tentang dunia gaib ini, sampai pagi tidak bisa tidur, lantaran bulu kuduknya terus-terus merinding. Sekitar jam 02.00 dinihari, dia paksa memejamkan mata, namun hanya beberapa saat tiba-tiba muncul bau kemenyan. Zardi buka mata, dan diapun menyaksikan dirinya sedang dikelilingi tujuh orang berpakaian putih. Satu diantaranya, wanita. Petunjuk yang dapat dia ditangkap, ketujuh orang ini, tak lain adalah gaib Tujua di Karebosi. Anehnya, Zardi tidak merasa takut sedikitpun.

Besok malamnya, peristiwa serupa terulang lagi. Pada jam 02.00 dinihari, ke tujuh orang itu datang lagi, Hanya pakaiannya berganti. Mereka mengenakan pakaian adat Bugis-Makassar. Yang wanita mengenakan baju bodo. Zardi duduk bersila diatas tempat tidurnya, dan dikelilingi ke tujuh orang tersebut dalam hitungan detik. Namun auranya dia rasakan sampai pagi dalam keadaan tak bisa tidur.

Dari hasil komunikasi lebih mendalam melalui meditasi tim gaib MITOS, diperoleh keterangan dari Karaeng Tu Mabbicarayya, bahwa Tujua, sebenar-benarnya adalah jenis mahluk halus dari bangsa jin. Mereka sering juga disebut mahluk gaib. Gaib artinya sesuatu yang ada tetapi tidak terlihat oleh manusia. Sebagaimana diketahui di dalam Al Qur’an. bahwa, Tuhan menciptakan jin dan manusia di muka bumi ini. Manusia yang diciptakan Tuhan untuk menghuni permukaan bumi, tercipta dari unsur tanah, memiliki tubuh kasar serta dapat terlihat nyata. Manusia menjalani kehidupan di alam nyata pula. Sedangkan bangsa jin yang hidup di sekitar manusia, namun pada dimensi yang berbeda. Mereka berada pada dimensi alam gaib. Tidak nyata. Seseorang bisa saja melihat bangsa jin dalam kondisi tertentu, misalnya ketika dimensi penglihatan gaibnya sedang terbuka. Atau bisa juga karena dia pun ilmu khusus yang dapat melihat bangsa jin. Sebaliknya, keberadaan bangsa jin, justeru leluasa bisa melihat segala gerak-gerik manusia. Sedang manusia tidak bisa leluasa melihat bangsa jin.

Namun, manusia dan jin sering bekerjasama untuk suatu kepentingan tertentu. Ini sudah berlangsung sejak dulu, dan sampai di zaman teknologi canggih ini, kerjasama antara jin dan manusia bahkan semakin intens.

Pada Pemilu Legislatif misalnya, atau pada sejumlah Pilkada Bupati, Walikota, Gubernur, dan bahkan pada Pemilihan Presiden, bangsa jin yang memiliki kemampuan ilmu tertentu, banyak dimanfaatkan dalam kepentingan pemilu. Apakah jin dimanfaatkan untuk melihat sejauhmana seseorang itu dapat menang atau bisa kalah. Atau juga dimanfaatkan dalam mempengaruhi calon pemilih, sehingga seseorang dapat memenangkan pemilihan. Pekerjaan seperti ini, seringkali memanfaatkan jasa paranormal. Mereka inilah yang sering tampil menjadi mediator kepentingan antara jin dan manusia. Untuk mencelalakakan seseorang, misalnya dengan menggunakan ilmu hitam, juga adalah kerja yang memanfaatkan kekuatan bangsa jin, biasanya di Sulsel disebut Doti atau guna-guna. Selain itu, ada pula ilmu mengejar kekayaan, yakni lmu Pattiro Kanja’, Babi Ngepet, dan setersunya, yang semuanya adalah hasil kerja bareng antara manusia dengan jin. Biasanya, bangsa jin yang merusak seperti ini, dalam pemahaman dunia Islam, adalah jenis bangsa jin dari golongan hitam, kafir atau iblis.

Selain jin golongan hitam, terdapat pula jenis bangsa jin dari kalangan putih. Putih artinya suci, bersih, jauh dari perbuatan jahat, dosa, dan perbuatan yang merusak. Mereka umumnya menganut agama sebagaimana agama yang dianut oleh manusia. Maka itulah ada yang dari kelompok jin Kristen, jin Islam, atau kelompok jin dari agama lain.

Dari kalangan jin seperti ini, ada yang berperan sebagai ulama, pendeta, atau pemuka agama dalam dunia gaib. Mereka banyak memiliki perhatian bagi kepentingan dan kebaikan bangsa manusia. Mereka cenderung melakukan kerja-kerja perlindungan, bimbingan, ilmu, atau hal-hal yang bersangkut-paut dengan aktifitas manusia, yang mengarah pada kebaikan dan keselamatan dalam hidup dan kehidupan.

Tempat Pertemuan

Terhadap Tujua di Karebosi, sesuai hasil komunikasi yang diperoleh, mereka termasuk bangsa jin golongan putih. Mereka adalah bangsa jin dengan ilmu agama dan ilmu sosial kemasyarakatan yang sangat tinggi.

Sesuai penjelasan secara gaib dari Karaeng Tu Mabbicarayya, ke tujuh jin tersebut sesungguhnya sudah menempati lokasi pada tujuh makam di Karebosi, jauh sebelum abad ke-10. Bahkan, sesungguhnya mereka sudah memilih tempat itu sebagai titik pertemuan untuk waktu-waktu tertentu, sejak adanya daratan disitu.

Ketika pada abad-abad permulaan, di tempat tersebut masih tertutup air laut.

Kemudian akibat proses sedimentasi dari Sungai Jeneberang, pada abad ke-5 areal Karebosi pun menjadi daratan. Maka pada abad ke-5 itulah Tujua mulai memilih tempat tersebut, sebelum manusia ada disitu.

Pada abad ke-10, daerah tersebut baru dihuni manusia. Lalu menyaksikan kejadian gaib, dimana Tujua memunculkan dirinya.

Dalam cerita yang selama ini berkembang, ke tujuh jin tersebut muncul hanya dalam waktu singkat, dengan mengenakan gaun warna kuning keemasan. Namun keterangan yang langsung diperoleh dari Karaeng Tu Mabbicarayya, pakaian yang dikenakan tersebut bukanlah gaun, tetapi adalah jubah warna kuning keemasan dan masing-masing memakai sorban yang juga berwarna kuning keemasan. Satu diantaranya adalah wanita, yakni Karaeng Bainea.

Mengapa kemunculannya hanya dapat dilihat sesaat oleh manusia pada waktu itu ? Sesungguhnya tidaklah demikian. Kemunculan Tujua bukan cuma sesaat pada waktu itu, tetapi cukup lama. Hanya saja orang-orang yang sempat melihatnya, dimensi penglihatan mereka yang hanya terbuka sesaat. Ketika dimensi penglihatan gaib mereka terbuka, merekapun dapat melihat Tujua keluar dari tujuh gundukan itu. Tapi kemudia hanya dalam hitungan detik, dimensi penglihatan gaib mereka kembali tertutup sehingga mata mereka tidak bisa lagi melihat aktifitas ke tujuh jin tersebut.

Sesungguhnya, seperti dijelaskan oleh Karaeng Tu Mabbicarayya, ke tujuh tokoh jin yang kharismatik itu, tidak secara terus-menerus bersemayam atau bertempat tinggal di makam tersebut. Ketujuh makam itu hanya dijadikan sebagai tempat pertemuan bagi mereka pada waktu-waktu tertentu. Apabila tidak ada pertemuan bagi mereka, maka mereka biasanya berada di tempat lain yang terpisah-pisah, dengan aktifitasnya masing-masing sesuai kewenangan dan keahlian yang mereka miliki ;

Namun demikian, setiap saat Makam Tujua dijaga puluhan ribu jin pengawal, meskipun ke tujuh petinggi Kerajaan Tujua itu masing-masing berada di tempat lain. Karena di Karebosi, dengan pusatnya di Makam Tujua, adalah pusat Kerajaan Tujua, yang berkuasa dalam dunia gaib di Asia Tenggara sampai ke Australia.

Karaeng Tu Mabellayya

Kraeng Tu Mabellayya (berkuasa sampai ke Australia), sesuai keterangan yang diperoleh dari Karaeng Tu Mabbicarayya, adalah pemimpin tertinggi di antara Tujua.

Karaeng Tu Mabellayya, adalah Raja Jin yang memiliki wilayah kekuasaan dalam dunia gaib di Asia Tenggara sampai ke benua Australia. Dalam setiap pergerakannya, dia selalu dikawal oleh puluhan ribu pasukan pengawal.

Setiap ada raja jin yang mau dilantik di suatu tempat, misalnya di Malaysia, Philipina, atau daerah-daerah yang ada di Indonesia, dan juga di Australia, maka yang datang melantik adalah Karaeng Tu Mabellayya. Apabila ada raja jin yang akan dilantik, maka harus mendapatkan persetujuan dari Karaeng Tumabellayya. Salah satu syarat yang harus dipenuhi bagi yang mau dilantik menjadi raja jin pada suatu daerah tertentu, adalah jin yang memiliki jiwa pemimpin (raja) dan disegani. Perangainya harus yang senantiasa mencerminkan kebaikan. Berahlak, bijaksana, dan taat menjalankan perintah agama Islam. Atau yang bersangkutan belum memeluk Islam, tetapi didalam perjanjian sang calon raja sudah menyatakan bersedia masuk Islam.

Alasan mengapa Tujua menganut agama Islam, oleh karena Islam adalah agama terakhir yang diturunkan Tuhan, dan Al Quran mengakui tiga kitab yang diturunkan Tuhan sebelumnya, yakni Kitab Zabur, Kitab Taurat, dan Kitab Injil.

Karaeng Tu Mabbicarayya

Karaeng Tu Mabbicarayya, mengemban tugas selaku Humas atau Pabbicara, dan tugas-tugas diplomasi dalam tata kekuasaan Karaeng Tu Mabellayya. Dalam setiap akan dilakukan pelantikan raja di suatu tempat. Sebelum prosesi pelantikan dilakukan, maka karaeng Tu Mabicarayya yang berperan melakukan komunikasi dengan para penguasa lokal setempat, dimana seorang raja jin akan dilantik.

Sebagai Pabbicara, atau yang berwenang menyampaikan pesan-pesan kerajaan, Karaeng Tu Mabbicarayya yang harus didengarkan lebih dulu, baik bagi raja yang akan dilantik maupun oleh Karaeng Tumabellayya selaku penguasa tertinggi yang akan melakukan pelantikan.

Dalam hal kepentingan bangsa manusia pada kaitan kepentingan kerajaan Tujua, misalnya ada seorang pimpinan kelompok perguruan yang bermaksud berkomunikasi dengan Tujua, maka yang berwenang melayaninya ialah Karaeng Tu Mabbicarayya. Hanya saja pada setiap melakukan komunikasi dengan bangsa manusia, Karaeng Tu Mabbicarayya sangat jarang mau memperkenalkan diri, terkecuali hanya untuk moment-moment tertentu yang dipandang sangat penting oleh kerajaan. Tetapi di kalangan dunia jin di Asia Tenggara hingga ke Australia, dia sudah sangat dikenal sebagai Pabbicara, dan sebagai wakil dari Karaeng Tu Mabellayya. Dalam menjalankan aktifitasnya, dia senantiasa dikawal oleh ribuan anggota pasukan jin.

Karaeng Tu Maccinika

Karaeng Tu Maccinika, adalah pejabat pada urutan ketiga dalam struktur kerajaan Tujua, yang juga memiliki ribuan pengawal. Dia ahli dalam melihat ke depan atas sesuatu apa yang akan terjadi. Selain keahliannya yang dapat mengetahui sesuatu yang belum terjadi, dia juga memiliki keahlian yang dapat melihat langsung suatu kejadian di tempat lain meskipun jaraknya sangat jauh. Apabila ada kejadian penting yang sedang berlangsung di Australia misalnya, padahal dia sedang berada di Brunai Darussalam, maka dengan mudah Karaeng Tu Maccinika melihatnya, dan segera dia memberitahukan kepada kerajaan.

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak orang yang memiliki ilmu yang mampu melihat sesuatu apa yang akan terjadi pada suatu saat. Mereka ini sering disebut sebagai paranormal. Artinya, seseorang yang memiliki ilmu diatas batas ambang normal. Hal-hal yang tidak masuk kedalam pikiran dan kemampuan normal bagi manusia biasa, maka dia bisa menguasainya. Pada zaman kerajaan masa lalu di sejumlah penjuru dunia, mereka ini disebut sebagai ahli nujum. Ahli ramal, yang punya kemampuan khusus dalam meramal sesuatu yang kelak akan terjadi.

Nah. Kekuatan ilmu para ahli nujum atau peramal dan paranormal tersebut, sesungguhnya berkat bantuan atau kerjasama dengan bangsa jin. Jin yang memiliki keahlian di bidang ramal-meramal.

Untuk dunia jin yang terdapat dibawah kekuasaan Kerajaan Tujua, maka Karaeng Tu Maccinika adalah guru besar yang berkompeten mengajarkan ilmu meramal kepada segenap bangsa jin yang dipilihnya. Murid-muridnya itulah yang banyak berkolaborasi dengan manusia dalam kepentingan ramal-meramal. Seorang peramal atau paranormal yang sedang meramal sesuatu, dia tidak akan mampu menjalankannya tanpa bantuan atau kerjasama dengan bangsa jin.

Seseorang yang tiba-tiba menjadi mampu melihat jin atau mahluk halus, itu artinya dimensi penglihatan gaib orang bersangkutan sedang terbuka. Itu juga yang terjadi atas orang-orang yang menyaksikan munculnya Tujua di Karebosi pada abad ke-10. Hal itu adalah keahliannya Karaeng Tu Maccinika, yang bisa dengan mudah membuka dimensi penglihatan gaib terhadap seseorang.

Karaeng Bainea

Karaeng Bainea, adalah satu-satunya petinggi di kerajaan Tujua dengan posisi di urutan keempat. Ribuan pengawal yang umumnya jin wanita yang selalu mengawalnya kemana-mana.

Tugas dan kewenangan Karaeng Bainea, adalah mirip-mirip dengan Menteri Peranan Wanita di Indonesia. Cuma saja dalam dunia jin, tidak ada organisasi yang dibina seperti PKK, Dharma Wanita, atau organisasi-organisasi wanita lainnya. Peranan Karaeng Bainea dalam wilayah Kerajaan Tujua, adalah melakukan perlindungan terhadap segenap bangsa jin jenis perempuan atau wanita. Kekuasaan Karaeng Bainea juga meliputi pemilihan pasangan. Hanya dengan izin dia, jin wanita bisa diperisteri oleh seorang jin laki-laki. Begitu pula bila terjadi sesuatu yang merugikan bagi jin perempuan, maka Karaeng Bainea yang melakukan pembelaan. Namun tentu saja dalam hal ini, tidak termasuk bangsa jin dari golongan hitam dan iblis, yang merupakan musuh besar dari Kerajaan Tujua.

Dalam kehidupan manusia, khususnya kaum wanita, mereka banyak menemui kesulitan, apalagi mereka sebagai kaum yang lemah. Salah satu kelemahan kaum wanita, misalnya dia dilamar oleh seorang pria tapi ditolak. Seringkali membuat pria dendam, lalu mencari bantuan orang pintar agar wanita bersangkutan digattung parukkuseng (jodohnya ditutup sehingga dia tidak bisa menikah dengan lelaki lain sampai mati). Hal seperti ini banyak yang terjadi di tengah masyarakat, bahkan sampai pada zaman sekarang ini.

Mengatasi hal seperti itu, adalah tugasnya Karaeng Bainea, yang bisa menugaskan jin khusus ahli, apabila ada permintaan dari seorang pintar yang membantu membukakan jodoh kembali bagi wanita tersebut.

Karaeng Tu Nipallanggayya

Karaeng Tu Nipallanggayya, petinggi Kerajaan Tujua yang duduk pada urutan kelima, yang senantiasa beraktifitas dengan ribuan pengawalnya. Tugas yang diembannya adalah sebagai penyanggah kekuatan kerajaan dan bagi para petinggi kerajaan. Dia juga berkeliling ke semua titik kerajaan yang tersebar dalam wilayah Kerajaan Tujua, untuk memberikan bantuan kekuatan atau penyanggah, sehingga kerajaan-kerajaan yang terbentuk itu dapat berjalan baik dan memiliki kekuatan sehingga tidak mudah diruntuhkan oleh kekuatan dari bangsa jin golongan hitam.

Dalam kehidupan manusia, sejak zaman dulu sampai sekarang dalam konteks kekuasaan, umumnya mereka yang berkuasa, apakah itu dalam bentuk kerajaan atau bentuk-bentuk pemerintahaan yang lain, senantiasa membutuhkan kekuatan penyanggah agar kekuasaan mereka tidak jatuh atau runtuh.

Penyanggah yang diperlukan, selain kekuatan fisik pemerintahan dengan segala perangkatnya, dengan segala kebijakan dan penciptaan tata-aturan yang dapat melanggengkan kekuasaannya, mereka juga banyak yang meperoleh bantuan dari bangsa jin dalam menopang kelangsungan kekuasaan mereka.

Jasa yang digunakan dalam memediasi keperluan bantuan dari dunia gaib tersebut, juga biasanya menggunakan jasa orang pintar atau paranormal khusus yang piawai memanfaatkan kekuatan bangsa jin. Mereka ini banyak yang terikat kontrak kerja dengan seorang penguasa atau seorang yang memangku jabatan, yang tugasnya memanfaatkan kekuatan bangsa jin dalam melindungi kekuasaan seseorang.

Nah. Kalangan bangsa jin yang piawai melindungi kekuasaan seseorang, penempatan atau dengan siapa dia akan bekerjasama, diatur dan ditentukan oleh Karaeng Tu Nipallanggayya. Dan jin yang terpilih berkolaborasi dengan pejabat di lingkungan bangsa manusia tersebut, tentu saja akan memperoleh kesejahteraan hidup yang lebih. Karena dengan penempatan tugas seperti itu, akan berarti jin yang bersangkutan juga memperoleh kedudukan atau jabatan di mata bangsa jin itu sendiri.

Karaeng Tu Apparumbu Pepeka

Karaeng Tu Apparumbu Pepeka, tugasnya adalah mirip-mirip dengan tugas yang diemban seorang Menko Kesra, dan juga dengan ribuan pengawal. Dia bertugas untuk mensejahterakan rakyat bangsa jin yang ada dalam wilayah kerajaan Tujua. Dalam kehidupan manusia dalam sebuah rumah tangga misalnya, apabila didalam rumah tersebut sudah tujuh hari tujuh malam dapurnya tidak pernah berasap, maka dapat dipastikan keluarga bersangkutan sudah tidak pernah memasak. Sudah kehabisan bahan makanan yang bisa dimasak. Ini adalah fenomena kemiskinan yang ditandai dengan tidak mengepulnya asap dapur.

Dalam dunia jin dibawah kekuasaan Kerajaan Tujua, maka tugasnya Karaeng Tu Apparambu Pepeka yang harus membantu rakyatnya yang tidak mampu mendapatkan makanan. Dia yang berwenang mengatur tata kehidupan bangsanya agar semua bisa mendapatkan penghidupan yang layak dalam konteks kehidupan bangsa mereka.

Sebuah contoh, ada sebuah benda berupa batu permata, yang layak ditempati oleh satu atau beberapa jin. Maka Karaeng Tu Apparambu Pepeka yang berwenang mengatur siapa yang diizinkan untuk menempati benda tersebut. Selanjutnya, dilakukanlah upaya agar batu permata itu tadi bisa dikuasai atau dipelihara oleh manusia. Biasanya bila manusia memiliki benda seperti itu, oleh karena dia rasakan ada kekuatan gaibnya, maka akan dipelihara sebaik-baiknya, misalnya diberi dupa pada waktu-waktu, diberi butiran beras, atau diberi wewangian atau bunga. Yang pada prinsipnya bahwa apa-apa yang dilakukan terhadap benda tersebut, adalah merupakan cara untuk memberi makanan bagi jin yang menempatinya. Disitulah bangsa jin mendapatkan makanan sesuai yang mereka butuhkan. Artinya, di tempat itulah asap dapur mereka bisa mengepul. Disitulah mereka mendapatkan kesejahteraan.

Bukan cuma jenis batu permata, tapi benda-benda jenis lainnya pun banyak yang dipilih untuk ditempat bangsa jin, seperti keris pusaka, benda-benda galian, kulawu besi, atau pohon-pohon besar, atau apa saja yang layak mereka tempati. Layak artinya, yang berpotensi memancing bangsa manusia untuk memberikan makanan yang diperlukan. Kalau seseorang membawa songkolo dan ayam goreng ke sebuah pohon besar untuk sesajen, paling yang menyantapnya adalah kucing atau jenis binatang lain. Mana mungkin bangsa jin bisa makan paha ayam goreng. Demikian logika sebagian orang. Padahal sesungguhnya yang dimakan oleh bangsa jin itu tadi, adalah berkah dari niat baik orang yang menyuguhkan makanan tersebut. Yang dimakan bukan fisiknya, tetapi adalah berkah dan halusnya makanan tersebut. Yang makan kan adalah mahluk halus, sehingga yang dimakan juga adalah halusnya, yang merupakan berkah bagi bangsa jin.

Karaeng Tu Angngerang Bosia

Karaeng Tu Angngerang Bosia, adalah petinggi Kerajaan Tujua yang menempati posisi ke tujuh, yang juga memiliki ribuan pasukan pengawal. Hujan deras yang tumpah selama tujuh hari tujuh malam yang mendahului kemunculan Tujua pada abad ke-10 di Karebosi, adalah karya besar yang dipersembahkan Karaeng Tu Angngerang Bosia. Tugasnya ialah, bagaimana bumi yang ditempati bangsa jin dan manusia, bisa senantiasa berada dalam kondisi subur. Kesuburan tanah persawahan dan areal pertanian lainnya, kuncinya adalah air. Tanpa air, tak akan ada tanaman yang bisa tumbuh Sudah demikianlah rumusnya. Rumus alam yang tidak bisa dibantah oleh siapapun.

Karaeng Tu Angngerang Bosia, tugasnya adalah mengupayakan keseimbangan atas kebutuhan hujan atau pengairan dengan tingkat kebutuhan air atas tanah pertanian dan persawahan. Ketika kemarau panjang terjadi tujuh tahun lamanya di daerah ini pada abad ke-10 tersebut, maka Karaeng Tu Angngerang Bosia bersama ribuan pengawalnya yang memiliki kekuatan gaib yang dahsyat, yang memompa air laut ke atas awan di langit, sehingga akhirnya hujan dapat tercurah turun ke bumi Gowa, Tallo dan Makassar

(usdar nawawi)

17094 Views

Bugispos.com adalah media online yang
menyajikan berita terbaru dan populer, baik hukum, kriminal, peristiwa, politik, bisnis, entertainment, event serta berita lainnya