Dipertanyakan Mengapa Makassar Gagal Adipura
BugisPos — Walikota Makassar Danny Pomanto bersama 1,6 juta rakyat Makassar dirundung kesedihan. Padahal tingkat kebersihan kota ini sangat menggembirakan. Seluruh perangkat kebersihan setiap hari bergerak aktif dan dinamis, dan seluruh wilayah Makassar terlihat bersih dan apik. Hasilnya ialah, Makassar gagal meraih Piala Adipura 2018. Lantas di mana letak masalahnya ?
Hasil penilaian Adipura 2018 sudah diumumkan. Di Sulsel, sebanyak 14 kabupaten/kota yang berhasil meraih Piala Adipura, yakni; di Maros, Pangkep, Barru, Sidrap, Pinrang, Soppeng, Wajo, Luwu Timur, Sinjai, Bulukumba, Takalar, Parepare, dan Palopo.
Sementara Kota Makassar tidak masuk dalam 14 daftar nama kabupaten/kota di Sulawesi Selatan (Sulsel) yang meraih piala tersebut.
Terkait kegagalan Kota Makassar meraih Piala Adipura ini, Wali Kota Makassar, Danny Pomanto secara diplomatis mengatakan, dirinya menduga salah satu faktor yang menyebabkan Makassar tak meraih Piala Adipura, adalah karena prosedur penilaian yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
“Kalau sebelumnya, penilaian Adipura itu ditentukan oleh dewan Adipura yang terdiri dari mantan-mantan menteri lingkungan hidup, pemerhati lingkungan, serta Walhi. Tapi sekarang, yang memutuskan itu Wakil Presiden (Wapres). Mungkin di situ ada prosedur yang buat kita tidak dapat Adipura,” kata Danny kepada media. Senin 14/1/2019.
Danny mengaku tidak menyangka Makassar untuk tahun 2018 gagal mendapatkan Adipura. Sebab menurutnya, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Makassar saat ini lebih baik.
“Logikanya juga, dulu pepohonan yang ditanam belum tumbuh, kita meraih (Adipura). Sekarang sudah lebih hijau, kita tidak dapat. Dulu pedestrian juga tidak lebih banyak dari sekarang. Makanya heran kenapa Makassar tidak dapat,” ujarnya.
Di awal Januari lalu, sebelum Piala Adipura diumumkan, Danny menyatakan kondisi Makassar seperti sekarang mestinya tidak sulit lagi. Kata Danny ; “Kita sudah bangkit dari keterpurukan dengan MTR, LISA yang membutuhkan konsistensi dan komitmen. Perlu direcovery lagi semangat kita untuk Makassar Tidak Rantasa, yang didalamnya ODF ini bisa 0 (nol) persen. Kalau anda turun di Makassar itu, kalau komunikasi baik, sipakatau, sipakalebbi, sipakainge baik, insya Allah semua persoalan sosial akan terselesaikan dan masyarakat akan mengikuti kita”
Danny pun meminta hal ini menjadi perhatian serius. Bahkan, Danny akan turun langsung menyelidiki hal ini, apakah aparat di kelurahan membenahi hal tersebut.
“Semangat koordinasi kota sehat dan adipura pada intinya sama saja. Kalau kita dapat kota sehat insya Allah kita dapat adipura. Kita kerja sekaligus. Karena ini mirip-mirip. Bank sampah akan lebih kita semarakkan lagi. Kita bikin Lorong bioregister. Kalau dapat semua LPPD kita insya Allah kita akan meraih prasamya purnakarya nugraha pada satu periode pemerintahan,” tambahnya.
Namun, walaupun tidak mendapat Adipura, Danny yang masa jabatannya sebagai wali kota tinggal beberapa bulan itu mengaku akan tetap fokus dalam menata kebersihan di Kota Makassar dengan mengusung slogan ‘Terus Bersih Tanpa Adipura’
“Kita akan lebih menekankan Perda kebersihan. Jadi siapa yang buang sampah, apalagi di depan rumah, kita tindaki (denda) Rp50 juta,” tegasnya.
Kegagalan meraih piala Adipura 2019 tidak membuat Wali Kota Makassar Danny Pomanto patah semangat untuk mengenjot program kebersihan. Boleh bersedih tetapi semangat harus tetap membara demi kebersihan dan keindahan Makassar
Cuma memang Danny Pomanto hanya mengaku heran, Kota Makassar tak masuk sebagai kategori kota bersih tahun ini. Danny menyebut, terakhir kali ia lihat penilaian Adipura untuk Kota Makassar terbilang tinggi, tapi mengapa faktanya tiba-tiba saja Makassar gagak meraih Adipura? Dimana letak masalahnya? Inilah yang kiranya akan menjadi pertanyaan panjang ke depan (**)