Guru Bertaruh di Golden Age
Oleh :
Rahmat Ahmad (Guru SMAN 2 Sidrap)
BugisPos — Usia keemasan anak menjadi hal penting untuk belajar. Banyak aktifitas yang dilakukan oleh anak. Sebut saja ketika kita SD yang paling diingat adalah pada saat lonceng berbunyi bertanda keluar bermain. Hingga di usia SMA keluar bermain berganti istirahat. Banyaknya media saat ini membuat anak anak sulit fokus belajar,. Hegemoni dunia luar membuat anak anak terangcam meraih masa depan. Saatnya kita mereclaiming masa depan anak yang lebih cerah.
Mengisi hari hari yang berkualitas.
Tanggung jawab pendidikan anak tidak semata bertolak kepada guru disekolah semata tetapi menjadi tanggung jawab keluarga juga. Bangsa lndonesia adalah bangsa yang besar dengan geografis dan sumber daya alam yang kaya. Negara hadir dalam mencerdaskan anak bangsa dengan memberi fasilitas jaminan sosial dengan tetap menghadirkan negara sebagai motor penggerak utama pendidikan. Negara banyak. Negara banyak menghabiskan anggaran dalam pendidikan berupa fasilitas, tunjangan guru, dan kebutuhan lainnya.
Diusia keemasan ini, anak anak hari ini banyak melihat tindakan tindakan kekerasan baik di tv, YouTube, maupun secara kasat mata. Contoh di Amerika latin Venezuela rakyatnya mengalami krisis ekonomi yang mengakibatkan kekerasan meningkat, lndonesia ditahun 1998 terjadinya reformasi dengan tindakan kekerasan yang dipertontongkan hingga ke anak anak. Proses pendidikan keluarga menjadi pembiasaan karakter di rumah dan proses belajar mengajar di sekolahpun biasa terjadi kekerasan yang dilakukan siswa ke guru seperti yang ada dipemberitaan akhir ini. Mendisiplinkan siswa tentunya butuh hubungan emosional yang erat antara siswa dan guru sebelum masuk ke ranah aturan.
Kekerasan menjadi pemandangan tidak sedap kepada anak anak yang sementara mencetak masa depannya tentunya dengan logika bahwa apa yang dilihatnya begitu juga yang dilakukan ke teman temannya, media massa juga jadi tontonan anak yang hampir tidak pernah absent setiap harinya. Tayangan televisi seakan menjauhkan anak anak dari dunia interaksi sosialnya. Sinetron terkadang memberikan contoh ke anak anak bukan pada prosesnya tapi lebih kepada hasil. Contohnya ada anak yang miskin tidak punya uang jajan, datanglah seorang anak yang mampu menghampiri dan memberikan uang kepada anak miskin itu.
Hal itu tidak memberikan pelajaran hidup bahwa seorang anak harus diberi cara bagaimana caranya anak ini bisa orang tuanya punya pekerjaan untuk membiayai anaknya. Begitupun dengan film kartun yang identik dengan anak anak, seperti Upin Ipin, Masya and the bear dan sebagainya. Gambar atau video kartun memang digemari anak anak bahkan remaja pun, yang perlu diperhatikan adalah konten filmnya apakah mendidik atau tidak karena anak anak dijauhkan dari dunia nyata yang menyelesaikan masalah ditambah anak anak belum punya logika dalam memahami film, yang anak anak tahu adalah dia mencontoh apa yang dilihatnya.
Bullying juga menjadi hal yang anak anak sering alami disekolah. Penghinaan, mengejek temannya hingga perlakuan tak pantas. Momok ini harus jadi perhatian khusus guru dalam managemen kelas yang adil sehingga muncul interaksi yang baik.
Saatnya kita sebagai tenaga pendidik bertaruh menjaga waktu berkualitas anak anak disekolah dengan baik,. Membuat siswa merasa senang ketika belajar, membuat siswa ketika siswa datang kesekolah dengan tetap serius dan fokus dalam proses belajar mengajar. Guru punya tugas yang tak mudah dan gambaran masa depan anak anak ada di tangan anda, begitulah kata Menteri Pendidikan Mas Nadiem yang tidak memberikan pidato yang puitis. Guru masih disibukkan dengan administrasi sementara anak anak sudah butuh pengajaran. Kebutuhan anak berpariasi setiap kelasnya. Ada yang akademisi, ada yang sekedar rajin, organisatoris, dan ada juga yang malas. Guru punya tugas menyelesaikan pokok persoalan mereka dan penyelesaian yang berpariasi pula.
Selamat Hari Guru Nasional