Oleh : Rezky Amalia Syafiin (Duta Baca Sulsel)
Hoaks di Tengah Pelik Covid-19 : Pentingnya ki Literasi Informasi
BugisPos — Covid-19 atau akrab disebut Virus Corona kini telah menjadi pandemi yang menimpa seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sabun pencuci tangan, masker, disinfektan, vitamin, alkohol, sarung tangan, alat pelindung diri menjadi benda yang paling dicari masyarakat saat ini . Hal tersebut mengakibatkan kelangkaan bahkan berpengaruh pada harga pasar. Semua ini dilakukan masyarakat guna melindungi diri dari wabah Corona.
Kesadaran masyarakat terkait penyebaran penyakit Covid-19 yang semakin cepat dan menginfeksi dengan rentang mulai dari yang tidak bergejala, ada gejala sampai berakibat kematian kian meningkat. Berbagai upaya dilakukan. Rutin mencuci tangan, berjemur di pagi hari, makan makanan bergizi dan memproteksi diri dengan meminum ramuan herbal adalah beberapa upaya yang dilakukan masyarakat agar terhidar dari Covid-19.
Sejalan dengan upaya masyarakat agar tidak terpapar virus Covid-19, adanya jumlah peningkatan kasus orang positif Covid-19 setiap harinya dengan angka kematian yang lebih besar dari angka kesembuhan menjadi momok tersendiri bagi masyarakat. Kondisi ini tentu membuat masyarakat dihantui rasa cemas dan takut. Apalagi pemerintah memang dengan tegas mengimbau masyarakat untuk tetap dirumah, tidak berkegiatan yang melibatkan banyak orang (berkumpul) dan melakukan physical distancing atau jaga jarak aman secara fisik.
Ketika masyarakat dihantui rasa ketakutan dan kecemasan karena wabah ini, segelintir oknum justru menambah pelik suasana dengan menyebarkan informasi bohong atau hoaks tentang Covid-19. Seperti ikut dilanda penyakit, dunia maya kita bertebaran sampah informasi yang secara massif tanpa verifikasi dan konfirmasi. Tercatat pada situs resmi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, covid-19.go.id, Palacak Aksi Positif menemukan 135 hoaks. Hal ini diperkuat dengan data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang sudah menemukan 232 konten hoaks dan disinformasi terkait dengan Covid-19. Belum lagi baru-baru ini beredar video hoaks tentang “telur” yang sempat menjadi viral. Kemunculan informasi hoaks di tengah pelik Covid-19 memang menjadi masalah tersendiri. Simpang siur pemberitaan menambah kepanikan masyarakat.
Menghadapi maraknya hoaks terkait Covid-19, sangat penting memahami dan memberikan edukasi terkait literasi informasi kepada masyarakat. American Library Association (ALA) memberi pengertian tentang literasi informasi yang berarti kemampuan seseorang untuk menyadari, menempatkan, mengevaluasi dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif.
Kemampuan literasi informasi secara sederhana dapat membantu mengindentifikasi mana informasi/berita hoaks mana berita/informasi asli. Langkah itu terbagi menjadi enam, pertama, banyak membaca. Selain membaca membuat kita banyak tahu, membaca juga memudahkan kita untuk mengidetifikasi informasi hoaks. Kedua, jangan tergiur judul provokatif. Informasi hoaks seringkali menggunakan judul yang provokatif dan bersifat sensasi, misal langsung menjurus negatif kepada pihak tertentu. Ketiga,perhatikan alamat situs. Informasi yang diperoleh dari website haruslah berasal dari institusi pers resmi dan bukan blog yang masih diragukan kebenarannya. Keempat, telusuri fakta. Perhatikan dari mana sumber informasi tersebut dan cari tahu ulang pada mesin pencari google. Informasi yang valid biasanya diulas oleh beberapa media. Kelima, untuk informasi berupa foto dan video pastikan keasliannya dengan bantuan mesin pencari google. Masukkan keyword foto atau video. Hasil pencarian akan memunculkan gambar dan video serupa. Dan langkah yang terakhir, keenam, follow atau ikuti akun resmi instansi pers untuk memperoleh informasi yang berimbang.
Konsep literasi informasi sangat diperlukan untuk memadukan informasi yang relevan dengan isu-isu yang hangat sangat ini seperti penyebaran Covid-19 dan perkembangan teknologi. Kemampuan literasi informasi akan membuat masyarakat tidak serta merta meyakini informasi yang diterima, tetapi masyarakat bisa mencari tahu terlebih dahulu kebenarannya. Dengan adanya kemampuan literasi informasi yang baik, masyarakat dapat menyaring informasi positif, tidak mudah tepancing dengan judul sebelum mengetahui sumbernya, tidak langsung share, dan dapat menangkal hoaks.
Editor : Zhoelfikar