Penulis Sadakati Sukma
La Pagala Tau Accana Sidengreng, Refleksi Hari Pendidikan Nasional
BugisPos — Konon sekitar Tahun 1634 M Kerajaan Sidenreng yang saat itu dipimpin oleh Addaowang IX La Patiroi menjadi sebuah kerajaan yang sangat subur diantara kerajaan-kerajaan yang ada di sekitarnya.
Hal itu tidak terlepas dari peran seorang penasehat kerajaan yang bernama La Pagala bergelar Nene Mallomo (Mallomo dalam bahasa bugis berarti memudahkan).
Kejujuran dan kecerdasannya tersebut dalam sebuah semboyang yang sampai saat ini masih dikenal dan dikenang Masyarakat Kabupaten Sidenreng Rappang.
“RESOPA NA TEMMANGINGI NA’IYA MALOMO NALETEI PAMMASE DEWATA” Hanya kerja keras yang akan mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
La Pagala juga sangat menghormati adat kerajaan yang harus dipatuhi. Pernah suatu masa kerajaan Sidenreng dilanda kemarau panjang hingga terjadilah musibah kelaparan dan kekeringan.
Dengan kecerdasan dan kerja kerasnya La Pagala berhasil menemukan penyebab dari musibah ini. “Musibah ini terjadi karena seseorang telah melalukan perbuatan yang tidak jujur puang, dia telah mengambil barang dan hak orang lain” kata La Pagala kepada Raja La Patiroi.
“Dia harus dihukum mati karena telah membuat rakyat kelaparan selama bertahun-tahun” titah Raja.
La Pagala Nene Mallomo kemudian membawa seseorang yang telah terbukti tadi dan ternyata orang tersebut adalah anak kandung dari La Pagala sendiri. Raja terkejut dan hanya bisa terdiam.
La Pagala kemudian berkata “ADE TEMMAKEANA TEMMAKEAPPO” ADAT TIDAK MEMANDANG BULU DAN HARUS DITEGAKKAN. Hukuman mati pun tetap dilaksanakan demi menegakkan kebenaran dan keadilan.
INILAH HAKEKAT DARI BERPENDIDIKAN SEBENARNYA. BERPENDIDIKAN BUKAN HANYA TENTANG KECERDASAN TETAPI HARUS MAMPU MENJADIKANNYA SEBAGAI LANGKAH DAN PERBUATAN YANG BAIK UNTUK KEPENTINGAN ORANG BANYAK.
SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2020
“RIMONRIWI NA PAMPIRI TENGNGAI NAPARAGA RAGA RIOLOI NAPATIROANG”
Laporan : Suriady
Uploader : Zhoel