Catatan Perjalanan ke Sulbar (1)
Berangkat ka Ditemani Hujan
Penulis : Awing
BugisPos — Hari itu Kamis (28/1/2021) saya bangun agak telat, kira-kira pukul 07.15, padahal biasanya adzan subuh menjadi penjaga wajib yang membangunkanku dari mimpi, mungkin karena dinina bobokan oleh nyanyian hujan yang membuat sang surya juga ikut terlelap atau mungkin juga karena semalaman mata susah tidur karena pikiran berlari kemana-mana karena akan berangkat membawa “amanah” berupa bantuan kemanusiaan untuk Sulawesi Barat.
Setelah shalat Subuh yang lebih pantas disebut shalat duha, saya kemudian bergegas masuk kamar mandi, walaupun waktu bangun tidur tidak terus mandi namun saya tak lupa gosok gigi. Habis mandi aku tak menolong ibu, karena ada anak yang menolong ibunya untuk membersihkan tempat tidurku, maklum ibu dari anak-anakku lagi kurang sehat. Tak tega rasanya meninggalkan dia yang lagi kurang sehat, namun dia memantapkan hatiku untuk terus berangkat menuju medan juang (maaf sedikit alay).
Sembari menyeruput kopi gula aren, saya menanti hujan agak reda untuk segera bersiap, beberapa kali pesan berantai dari Samsung J7 ku terus berteriak memberi kabar di WAG Kolaborasi Pray for Sulbar.
Si merah motorku telah warming up untuk ditunggangi, Anakku juga yang cuma cuci muka sudah mengatakan “SIAP” padahal pabila dipandang dia belum siap.
“Begini ja, Ayah, karena hujan ji juga, pulang pa dari antar ki baru mandi ka,” berondongnya seakan mengetahui tatapanku yang mengandung tanya.
Pukul 8.30 saya sudah berpamitan untuk ke Sulbar, kembali saya datangi belahan jiwaku untuk memastikan dia “baik-baik saja”. Jawabnya “pergi maki, kita itu yang na harap orang, saya tidak apa-apa ji, ada ji anakmu”.
Di kantor BugisPos, Zulfikar dan Yanti sudah siap-siap. Sebagai ketua tim saya jadi sibuk sendiri nanya-nanya kesana kemari menanyakan kesiapan para anggota tim. Tak lama berselang dua sejoli Dg. Pata dan Bunda Sapiah berboncengan mesra menerobos derasnya hujan demi melihat kepergian kami membawa misi kemanusiaan. Pukul 11.00 wita hujan belum nampak bosan menyirami bumi, Bunda Sapiah yang membawa penganan kue talam labu kuning telah menyajikan dihadapanku.
Pak Anto juga sudah dari tadi menunggu di Mitsubishi Expander hasil pinjaman dari cikalinya (sepupu) kemudian ikut bergabung kedalam posko. Namun hujan malah semakin deras, tanda-tanda apakah ini ? Pikirku mulai souzon kepada Pencipta. Namun hati kecilku berkata, “kau jangan souzon, kau jangan sedih, karena kau wartawan BugisPos,” (maaf sekali lagi meminjam joke stand up komedi dari Palu).
Tak lama kemudian mobil pick up datang untuk siap mengisi barang, pasangan terfavorit tahun ini Ullah dan Asmi dikawal oleh Syahrul “Pak Lurah” Ramadhan penanggung jawab pick up mulai bergerak ditemani tim lain mulai mencari siasat agar pick up dapat terisi ditengah hujan deras yang tampaknya enggan untuk berhenti.
Seluruh jurus dikeluarkan agar pick up dapat terisi, mulai formasi 4 2 2 hingga formasi 3 4 3 dengan satu penyerang tunggal mulai diterapkan. Walhasil striker yang cukup uzur (Dg. Pata) akhirnya menemukan solusi hingga pick up dapat terisi tepat didepan kantor BugisPos yang berada didalam lorong.
Setelah kedua armada siap untuk berangkat, Direktur Bisnis dan Pemasaran BugisPos.Com Saniaty yang akrab dipanggil Kak Aty memanggil seluruh tim untuk diberi siraman rohani layaknya Mamah Dedeh agar diperjalanan dapat tiba ditujuan dengan selamat.
Setelah seluruh tim melakukan shalat dhuhur dan berdoa, akhirnya tim berangkat tepat pukul 13.10 Wita menuju Sulbar ditemani derasnya hujan di Kota Makassar.