Catatan Perjalanan ke Sulbar (5)
Ziarah ki di Makam Imam Lapeo
Penulis : Awing
BugisPos — Kamis malam, (28/1/2021) pukul 22.05 wita ketika kita tiba di Masjid Jami Nurut Taubah Lapeo Kecamatan Campalagian, Polman Sulbar.
Masjid ini lebih populer disebut dengan nama Masjid Imam Lapeo, karena masjid yang berada di desa Lapeo ini dibangun oleh seorang ulama besar bernama AGH. Muhammad Thahir atau kerap disapa Imam Lapeo.
Setiap pengunjung baik yang akan dan dari Majene, selalu singgah di Masjid tersebut. Baik sekedar cuci muka maupun hanya sekedar memberi sedekah. Di dalam halaman mesjid terdapat makam imam Lapeo beserta anak dan juga muridnya.
Setelah saya melakukan shalat Isya, saya kemudian istirahat sejenak di pekarangan masjid. Samar-samar dari arah makam terdengar suara zikir. Karena rasa ingin tahuku atau terlalu kepo untuk tahu, saya melihat sekelompok warga sedang melakukan zikir dan wirid bersama. Moment langka ini saya manfaatkan untuk mendokumentasikan dengan terlebih dahulu meminta izin dari para pengurus masjid. Setelah mendapat lampu hijau, saya kemudian mulai mengambil video didalam makam. Kehadiran saya memvideo kegiatan mereka membuat konsentrasi mereka cukup terganggu, namun sejenak terganggu mereka kembali khusu’ dalam zikir mereka. Setelah beberapa saat para peziarah yang berzikir mulai keluar makam, saya kemudian mengenalkan diri bahwa saya dari media dan sering menulis tentang hal-hal seperti ini.
Selepas bertanya ini itu kepada para peziarah yang belakangan ketahuan masih kerabat Imam Lapeo, saya kemudian dipersilahkan untuk masuk kedalam makam untuk berziarah. Setelah memberi salam, saya memasuki wilayah makam dan memegang batu nisan untuk kemudian membacakan Al Fatihah. Usai membaca Al-Fatihah, saya sempat dikagetkan oleh kedatangan Adi dan Zul yang sepertinya ingin masuk juga tapi kelihatannya tertahan di depan pintu makam. Menurut Adi, dia sebenarnya ingin masuk kedalam namun entah apa yang menghalanginya, sehingga tertahan untuk masuk. Senada dengan itu, Zul yang mencoba masuk juga tertahan, dan menurutnya karena dia belum bersuci (berwudhu), makanya setelah dia bersuci dia sudah dapat masuk kedalam makam Imam Lapeo.
Siapakah Imam Lapeo
Imam Lapeo memiliki nama asli AGH. Muhammad Thahir bin H. Muhammad bin H. Abdul Karim Abba Talahi. Dia lahir di Pambusuang Kecamatan Tinambung pada tahun 1838 dan wafat di Desa Lapeo Campalagian pada tahun 1952 dengan usia 114 tahun dan memiliki 6 orang istri.
Dia memiliki banyak guru, namun gurunya yang terkenal adalah Sayyid Alwi Jamaluddin bin Sahl. Ayahnya bernama H. Muhammad ibunya bernama Sitti Rajiah. Dia dikenal juga dengan nama Kannai Tanbul (Kakek dari Istanbul, Turki) karena dia pernah berguru disana. Selain itu dia juga dikenal dengan gelar Tosalama’ (orang yang selamat) dan Tomakarra (orang keramat)
Karamah Imam Lapeo
Adapun beberapa karamah Imam Lapeo, di antaranya :
1. Pernah suatu saat tanah mandar tertimpa musibah gempa yang sangat besar, namun dia yang berdiam di Masjid Nurut Taubah untuk berzikir tak bergeming untuk meninggalkan tempat, dia tetap berzikir memohon pertolongan Allah, Ajaibnya, walaupun seluruh bangunan disekitarnya rubuh karena gempa, mesjid yang dibangunnya tak rusak sama sekali walaupun dikabarkan sempat bergeser namun tak rusak sama sekali.
2. Dia dikabarkan dapat menjadi khatib dan imam pada hari Jumat di tujuh masjid dan tempat yang berbeda di waktu bersamaan.
3. Yang terbaru, suatu hari, masjid besar Imam Lapeo tengah direnovasi. Ada banyak material yang dibutuhkan serta biaya untuk membangun masjid tersebut.
Tak lama, sebuah truk membawa semen sangat banyak datang ke masjid. Orang-orang atau panitia pembangunan kaget karena merasa tidak pernah memesan material kepada orang yang datang itu.
Ditanya-tanya ke siapapun, tetap tak ketemu. Hingga pada satu titik, orang itu melihat foto Imam Lapeo. “Nah, ini ini yang pesan semen yang datang ke toko kami.”
Padahal Imam Lapeo sudah sangat lama meninggal dunia. Bagaimana mungkin bisa memesan semen?