HTTP Status[404] Errno [0]

Catatan Perjalanan ke Sulbar (8)

Om, Kenapa toh Dadaku Luas ki

05 February 2021 12:24
Om, Kenapa toh Dadaku Luas ki

BugisPos — Kami terbangun agak telat, mungkin sekitar pukul 06.00 wita, karena suara kumandang adzan subuh tak terdengar, padahal masjid cuma satu rumah antaranya dari Posko kami.

Saya terbangun, pak Anto sementara shalat subuh. Sayapun bergegas untuk berwudhu untuk segera shalat juga. Ullah terlihat sudah rapi, nampaknya dia telah mandi lebih dulu.

Ibu tuan rumah sudah sibuk di dapur membuat sarapan. Dua teko yang berisi kopi dan teh telah tersaji ditempatnya. Kamipun mengambil minuman sesuai selera masing-masing. Yang ingin buang hajat, tampak mondar-mandir memegang perut dan sesekali bertanya, “siapa di dalam WC, lamanya”. Terasa lama baginya karena ada yang berkepentingan hendak keluar, padahal perhitunganku, orang yang didalam WC itu baru sekitar 2 atau 3 menit saja. Yanti masih tergolek manja diatas ambal, padahal dia sudah terbangun tapi malas bangkit dari pembaringannya. Fikar yang baru saja siuman langsung menyeruput kopi dan mencari sebatang rokok untuk diisapnya diteras rumah.

Pak Anto yang sedari tadi menunggu antrian, akhirnya berhasil mendapatkan antrian. Dari luar Ali Mitos menyampaikan kepada Yanti agar menyuruh Pak Anto membuka kerang air.

“Jangki buka setengahki kerang airnya,” ucap Yanti setengah teriak. Tak ada balasan dari dalam, mungkin dia lagi konsentrasi dengan benda yang sedari tadi berontak ingin keluar.

Yanti kembali datang kedepan WC dan kembali menggoda Pak Anto, “we… cepat maki, apa dibikin di dalam,” ganggunya.
Sejurus kemudian Pak Anto keluar dan berkata “mengganggunya ini, ta’bangkaki tadi, baruki buka setengah, teriakki jadi lari masuk kembali”. Kontan seisi posko tertawa melihat pertengkaran yang teramat tidak penting itu.

Setelah sarapan, kami kemudian bersiap untuk mendistribusikan bantuan. Berhubung hari itu hari Jumat, maka yang disasar adalah para pengungsi mandiri yang ditampung oleh keluarganya disekitar Kecamatan Pamboang, Sendana dan Tubo Sendana saja. Setelah shalat rencana baru akan diserahkan ke Malunda, sekitar 80 km dari Posko di Sirindu.

Saya memilih berada di mobil pick up, agar lebih mudah mendistribusikan bantuan yang telah disiapkan sejak semalam. Bergantian kami dari anggota tim untuk menyerahkan bantuan, gunanya agar setiap anggota tim dapat mendokumentasikan dirinya. Saya sendiri memilih jadi fotografer dadakan saja.

Dari pintu ke pintu dan dari rumah ke rumah kami telusuri para pengungsi mandiri untuk diberi bantuan sembari bertanya segala hal, mulai dari asalnya, bagaimana keadaan rumahnya, apakah sudah mendapat bantuan dari pemerintah dan lain sebagainya.

Seketika hati ini terenyuh mendengar kisah mereka, walaupun mereka telah jauh dari rumah mereka namun rasa trauma akan bencana itu masih menghantui. Wanita dan anak-anak pengungsi sudah banyak terkena penyakit. Walaupun mereka tersenyum memandang kami membawa sumbangan tapi kami tahu hati mereka menangis. Terbayang dimata mereka rumah yang sudah rata dengan tanah, keluarga yang telah pergi selamanya, saudara yang tertindih puing-puing bangunan dan hanya bisa berteriak tolong dan tak bisa berbuat apa-apa. Kami saling berpandangan, tak terasa ada air menetes dari kedua belah mata dan terasa hangat membasahi pipi. Pak Lurah yang sering didaulat untuk menyerahkan sumbangan hanya bisa berkata, “Om kenapa itu kalau sudah ka bagi bantuan dadaku terasa luas sekali ki, kenapa ki begitu,” ucapnya dengan suara tersekat menahan haru sembari menyapu-nyapu dadanya dengan mata yang berkaca-kaca.

Dada kami terasa berat, canda tawa kami dan kejahilan kami sesama anggota tim mendadak hilang seketika. Teringat salah satu sahabat yang selamat dari musibah ini pernah berkata kepadaku, “cukupmi saya yang rasakan, semoga saudara-saudaraku jangmi rasakan ini dan semoga jangmi lagi berulang kasian,” harapnya.

Bukan hanya itu, langkah kaki dan beban berat membawa bantuan terasa ringan sama sekali. Terbayang penderitaan mereka saat musibah terjadi, jangankan untuk menyelamatkan keluarganya, menyelamatkan diri sendiri saja kadang gugup ketika tertimpa bencana

455 Views

Bugispos.com adalah media online yang
menyajikan berita terbaru dan populer, baik hukum, kriminal, peristiwa, politik, bisnis, entertainment, event serta berita lainnya