Hj Johra MB Ajak ki Remaja Ikut Cegah Stunting
BugisPos — Pernikahan pada usia remaja, namun tidak dibarengi edukasi kehidupan berkeluarga dapat menyebabkan anak menderita stunting. Hal ini disebabkan orangtuanya tidak memiliki pengetahuan yang memadai mengenai kehamilan dan pola asuh yang benar.
Hal ini salahsatu pembahasan pada pendampingan pelaksanaan edukasi penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja (PKBR). Acara itu digelar oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Disdalduk-KB) Enrekang di pusat informasi konseling remaja (PIK R) dan Bina Keluarga Remaja (BKR). Kamis 29 April 2021.
Sekretaris Disdalduk-KB Kab.Enrekang Husniati Latif, SH.,M.A.P menjelaskan bahwa acara ini merupakan program BKKBN Bangga Kencana. Sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap remaja.
“Remaja diharapkan dapat menjadi remaja yang berketahanan, remaja yang berkualitas, remaja dapat menunjukkan identitas diri, remaja yang produktif, dan pro aktif,” jelasnya.
Sementara Dra. Hj. Ritamariani selaku Kepala Perwakilan BKKBN Prov. Sulsel dalam sambutannya menyebutkan upaya pencegahan stunting harus dimulai dari hulu, yaitu dimulai saat remaja.
Kasus stunting, kata Rita, banyak terjadi pada remaja yang menikah diusia dini. Hal ini disebabkan remaja belum memiliki pengetahuan yang cukup terkait kehamilan dan pola asuh yang baik dan benar.
“Remaja juga masih sangat membutuhkan gizi untuk pertumbuhan hingga usia 21 tahun. Ketika mereka menikah & hamil, tubuh ibu berebut gizi dengan bayi yang dikandungnya & menyebabkan anak lahir stunting,” beber Rita.
Dalam kesempatan itu, Ketua TP PKK Kab. Enrekang Dra. Hj. Johra MB, M. Pd menyebutkan masalah stunting itu ada 3 faktor.
“Pola makan yang salah, biasanya memberikan makanan instan. Kedua, ketidak mampuan kita memilih menu yang benar dan mengolah menu itu sendiri. Misalnya memasak sayur kelor hingga layu yang mengakibatkan nutrisi pada sayur hilang. Padahal seharusnya setelah campurannya masak, lalu kita matikan kompor setelah itu barulah kita memasukkan daun kelor dan juga garam,” urai Johra.
Terakhir, pola asuh yang salah. Pola asuh itu harus dimulai sejak 0 tahun. Jangan membentak anak yang masih kecil. Karena sekali bentak akan menghambat tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun psikisnya. (*)
laporan : syafar