Oleh : Asdar Akbar
Jangki Lupa Militansi NAC Bersama Relawan Pejuang Sejati Gerbong Prof Andalan
BugisPos — Komunitas medsos yang pertama di SulSel yang mempromosikan NA untuk maju bertarung dibpilgub Sulsel 2018 adalah NAC (Nurdin Abdullah Community).
Pada tahun 2014 NAC hadir di medsos dan merebut ribuan simpatik rakyat. Sayapun bergabung di group itu, tepatnya bulan september 2014. Antusiasme rakyat seiring dinamika yang terus mengalir, maka bermunculanlah group-group medsos baru pendukung NA.
Perjuangan NAC bukanlah isapan jempol belaka. Dimotori aktivis jurnalist, LSM dan ormas di bawah komando “Panglima Besar jendral” Usdar Nawawi Wartawan senior 3 zaman yang kini lolos menjadi pengurus inti PWI Provinsi Sulawesi Selatan.
NAC mampu bertahan hingga Pilgub Sulsel 2018 digelar. Ini atas respon banyak pihak, Usdar Nawawi mendapat support Ruko dari pengusaha berlantai 2 di jalan Skarda N kecamatan Rappocini, sebagai posko dan sekertariat NAC Sulsel bernama A.Yusri Tanra, adik kandung Prof Dr. Husni Tanra, dosen senior Fak Kedokteran Unhas.
Pasca Pilgub, NAC tetap eksis membangun komunikasi lintas organisasi bersama Om Bintangtop sampai Hak Angket DPRD Sulsel 2019 terjadi.
Kini, sejumlah relawan pejuang tak pernah dihiraukan hingga ke daerah-daerah. Bahkan relawan yang dimotori aktifis NGO, JURNALIST, ORMAS pun tak mendapat perhatian. Relawan yang diamini hanya segelintir Relawan anak mas.
Mirisnya Lagi, tahun 2020 muncul relawan TPOJ. Motivasinya belum diketahui.
Pasca NA kena OTT, semua tiarap. Tak ada yang muncul membela, termasuk relawan TPOJ dan segelintir Relawan tertentu.
Kita pun semua baru sadar kalau ada motif menzalimi relawan pejuang. Semua ketahuan, siapa-siapa yang dipanggil KPK dan apa jabatannya. Alhamdulillh, relawan pejuang tidak ada namanya dalam catatan KPK. Ini bukti bahwa relawan pejuang diabaikan. Karena tuhan maha adil, maka semua niat yang buruk dibongkar KPK.
Aktifis relawan pejuang sejati adalah gerbong militan, terbiasa dengan gertakan aparat dan kuat membangun komunikasi di semua tingkatan. Karakter jurnalist, LSM, ORMAS terbiasa hidup mandiri dan tidak baperan.
Adanya drama yang dibuat di lingkaran NA yang membuat relawan kesulitan bertemu dengan NA membuat banyak pihak kaget akan perubahan sikap NA. Belum lagi maraknya mutasi dll. menambah suasana gaduh. Dan pihak istana mengabaikan suara-suara dan riak kecil para relawan pejuang. Letupan-letupan kecil mulai muncul dan menjalar tanpa disadari orang-orang di lingkaran NA.
Dalam konteks ini, sesungguhnya NA gagal membangun sistem. Kurang cermat menempatkan orang di lingkarannya. Ini Sulsel, bukan Bantaeng. SulSel ini lapangannya luas, Bantaeng lapangannya sempit. Bermain Sulsel ibaratnya kita bermain bola di lapangan luas berkelas pemain Barcelona.
Karena gagal membangun sistem dan menempatkan orang yang suka baper, ABS dan suka CCM. Akhirnya suara-suara letupan di masyarakat dan lingkungan pejabat terabaikan. Begtu serangan KPK masuk. Semua kalang kabut tidak bisa membuat formasi pertahanan yang berimbang.
Serangan eks ajudan orang kepercayaan NA, ibu Sari dll, serangan kontraktor dst, semua menyerang ke pucuk pimpinan. Tidak ada yang rela bertarung sebagai loyalitas hebat. Mereka loyal karena butuh proyek. Mereka loyal karena butuh jabatan. Mereka loyal karena ada target kepentingan.
Kini, NA sedang menunggu sidang.
PESAN SAYA; Semua pihak yang dipanggil KPK sebaiknya bertaubat, istigfar 100 ribu kali perhari. Dan yang lolos dari KPK tapi merasa menzalimi relawan pejuang agar tetap melakukan hal yang sama. Begitulah konsekwensinya. Tuhan tidak menghukum hambanya kecuali atas perbuatannya sendiri bersama kroni-kroninya.
Mari kita doakan NA dan keluarga, agar tetap sehat, panjang umur dan sabar menerima ujian Allah SWT *