Dr. Basri : SLB Beda Tapi Bukan untuk Dibeda-bedakan ki
BugisPos — “SLB beda tapi bukan untuk dibeda-bedakan.” Hal ini disampaikan oleh Dr. Basri, S.Pd, M.Pd Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Khusus/Layanan Khusus Bahasa dan Sastra Daerah pada Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SLB Sulsel di Gedung Guru Disdik Sulsel, Kamis (7/10/2021).
Memulai sambutannya, Dr. Basri menyatakan bahwa MKKS Sulsel siap mensupport selama menjabat di Dinas Pendidikan dari Plt. Kadisdik Sulsel, Ir. H. Imran Jausi, M.Pd.
“Kami di SLB ini adalah bukti dukungan kita kepada Plt. Kadisdik Sulsel, ada 84 SLB yang definitif dan 3 yang belum definitif, jadi seluruhnya 87 SLB,” ucapnya diawal pidato.
“Kami bergembira karena SLB ini perlu mendapat perhatian khusus, karena tagline kita, SLB ini beda tapi tidak untuk dibeda-bedakan, jadi SLB beda tapi bukan untuk dibeda-bedakan,” tegasnya yang disambut oleh applaus dari para peserta dan tamu undangan yang hadir.
“Sesuai program Kementerian Pendidikan Nasional terkait Sekolah Bergerak, bukan hanya sekolah bergerak, guru bergerak, siswa bergerak dan semua bergerak, SLB ini yang menjadi terdepan dengan berorientasi kepada siswa, sebagai laporan kepada Pak Kadis, ini merupakan acara pertama di tingkat provinsi yang mana semua pengisi acara dari siswa-siswa SLB, seperti menjadi MC, memimpin lagu Indonesia raya, mengaji serta memimpin doa, ini tak lepas dari upaya kami membuat manajemen sekolah berorientasi siswa,” lanjutnya.
“Saya sudah mengunjungi 8 gugus, jadi salah satu tolak ukur managemen berbasis siswa itu dilihat dari outputnya, kami juga dalam hal ini, mendukung Program Prioritas Pendidikan Plt. Gubernur Sulsel terkait Literasi Kitab Suci, jadi dalam upaya itu saya harapkan SMALB setiap tahunnya menghasilkan minimal 1 penghafal Alquran, jadi 84 SLB menghasilkan 84 orang penghafal. Tapi itu saya diprotes ketika mengunjungi SLBN 1 Makassar, yang katanya SMPLB juga dan SDLB juga, jadi 84 SLB dikali 3, bayangkan saja betapa banyaknya, itu untuk yang agama Islam. Selain itu anak-anak kita yang nasrani agar memberikan legacy dan memberi manfaat bagi orang. Penting juga setiap sekolah memiliki karakteristik dan kekhususan tersendiri, seperti tata boga, tata busana dan juga seperti MC, Pemimpin lagu, mengaji dan baca doa, yang baca doa ini, kami siapkan menjadi khatib, jadi kalau tidak ada khatib pada hari Jumat, maka siswa SLB yang mengisinya,” tambahnya
“Saya juga meminta, setiap tahunnya yaitu pada bulan 12 diadakan Festival Siswa Berkebutuhan Khusus
Jadi melalui MKKS ini saya meminta para pengurus pada raker hari ini untuk menuntaskannya. Tak usah membuat program yang muluk-muluk. Cukup membuat program yang membuat siswa kita dapat mengeluarkan kreatifitas dan potensinya,” tutup peraih gelar Doktoral dengan nilai cum laude. (AWING)