Oleh : Usdar Nawawi
Pa’risi Ulu, Rel Kereta Api dan Banjir Makassar
BugisPos, Makassar — Tak bisa dipungkiri bila kota Makassar telah menjadi langganan banjir tiap tahun. Tiap musim hujan.
Mengapa demikian, sebab posisi kota Makassar seperti mangkuk.
Kota ini dikelilingi wilayah yang lebih tinggi. Maros dan Gowa lebih tinggi.
Laut di tepi Makassar juga bila air pasang mencapai ketinggian 70 cm di atas daratan.
Bila hujan datang bersamaan dengan air pasang, ya pasti banjirlah.
Apalagi di kawasan Manggala, Tamalanrea dan Biringkanaya, yang daerahnya rendah, tiap tahun warganya nangis-nangis sambil menggendong bantal basah. Mau apa lagi, terlanjur beli rumah di kawasan banjir.
Sekarang, muncul proyek kereta api. Anggarannya sebatas rel darat. Bukan rel melayang.
Inilah yang menjadi polemik panas antara Pemprov Sulsel, pengelola kereta api, dan Pemkot Makassar.
Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto, tak ingin menambah beban warganya, dengan risiko banjir yang lebih parah.
Maka Danny ingin melindungi warganya.
Sebab bila rel kereta api duduk manis di atas tanah, maka tunggulah musim hujan, dipastikan banjir akan lebih besar.
Sebab air hujan yang sebelumnya leluasa mengalir ke tempat yang rendah, akan dihadang rel kereta api yang letaknya lebih tinggi.
Maka jadilah kolam renang di sepanjang sisi rel kereta api.
Wali Kota Makassar, tentu wajib memikirkan warganya. Memikirkan keselamatan mereka. Danny bukan pemimpin kaleng-kaleng, sekali dikandatto keok. Dia tidak seperti itu. Dia bukan pecundang. Dia akan melawan bila ada hal yang tak masuk di akalnya. Dia akan melawan membela warganya.
Intinya, akan lebih baik proyek kereta api ini ditunda saja.
Biar berikutnya baru dilanjutkan dengan anggaran tiga kali lipat.
Untuk apa juga buru-buru dibangun, bila akibatnya akan menimbulkan banjir tiga kali lipat.
Kira-kira begitu, agar jangan bikin sakit kepala, pa’risi ulu **