Tutup Tahun 2022, SatuPena Sulsel “Pakintaki” dengan Peluncuran dan Diskusi Buku
BugisPos, Makassar – Menutup tahun 2022, Grup Penulis SatuPena Sulawesi Selatan (Sulsel) “pakintaki” (arti : Menghentak) dengan mengadakan Peluncuran dan Diskusi Buku Narasi Sederhana Sang Pembelajar pada Sabtu, 31 Desember 2022 di Gedung Multimedia Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Sulsel, Jl. Sultan Alaudin KM 7 Talasalapang Makassar.
Buku karya Mohammad Muttaqin Azikin setebal 399 halaman ini, didasari oleh nasehat dari orangtuanya, agar menjalankan tabligh atau dakwah.
“Salah satu yang sangat membekas dalam sanubari saya adalah, beliau menyampaikan dengan menukil sabda nabi, “Ballighuu annii walau aayah” sampaikan dari padaku walau satu ayat. Dengan latar inspirasi itulah sehingga buku ini tercetus,” ungkapnya mengawali diskusi.
Lebih lanjut putra ke lima dari pasangan KH. M. Azikin dan Hj. Sapinah ini memberi judul Narasi Sederhana Sang Pembelajar bagi bukunya karena merupakan jelajah diri, memahami fenomena sosial keagamaan dan merupakan kumpulan dari 111 catatan sederhana yang dihimpun dalam sebuah buku.
Diskusi yang dipandu oleh Rahman Rumaday (Founder K-Apel) juga menghadirkan dua pemateri yaitu, Prof. Dr. Sukardi Weda (Guru Besar UNM) dan Dr. Firdaus Muhammad (Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin).
Sukardi Weda sebagai pemateri sangat mengapresiasi ide yang terdapat dalam buku Narasi Sederhana Sang Pembelajar, dia mengutip salah satu kata-kata bijak dari mantan Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy.
“John F. Kennedy mengatakan bahwa, seseorang mungkin mati, bangsa-bangsa dapat bangkit dan jatuh, tetapi sebuah ide tetap hidup. Ide memiliki daya tahan tanpa kematian. Dan ide itu telah tersampaikan melalui buku karya Muttaqin Azikin ini,” ungkap Guru Besar Universitas Negeri Makassar ini.
Sementara itu, Firdaus Muhammad menyoroti terkait kesederhanaan dan sifat tawadhu dari penulis dengan memberi judul bukunya Narasi Sederhana Sang Pembelajar.
“Ini menandakan sifat tawadhu dari penulis itu sendiri dengan berusaha berdakwah melalui sabda nabi ballighuu annii walau aayah dengan judul yang sedikit mengecoh,” ucapnya.
“Jadi sama dengan kata moderator tadi, kita tidak bisa mereka-reka isi buku ini dengan membaca judulnya saja, akan tetapi setelah kita membaca baru kita tahu isinya. Artinya judul ini murni dari penulis sendiri bukan masukan dari penerbit,” terangnya lagi.
“Walaupun basic dari penulis adalah dari planologi (penataan kota) namun setidaknya dari buku ini penulis bisa menata hati kita. Dan dengan pengalaman sebagai jurnalis, tulisannya mudah dipahami, sehingga dapat saya katakan bahwa mulai dari profesor hingga tukang becak dapat memahami buku ini,” tambah dekan FDK UIN ini.
Firdaus juga mengaku sangat tertarik pada judul Cinta : Makna dan Pengaruhnya pada halaman 203 di buku karya bapak tiga orang anak kelahiran 19 Desember 1967 ini.
Dalam diskusi yang hanya berlangsung satu sesi ini, memberikan kesempatan lima orang penanya dan penanggap, yaitu Amir Jaya, Dr. Adi Suryadi Culla, Prof. Ahmad Sewang, Dr. Fadly Andi Nasif serta seorang penanya dari dosen UIN dan salah satu perwakilan dari mahasiswa.
Ada yang menarik dari komentar dari Prof. Ahmad Sewang yang juga memberikan prolog dari buku ini.
Prof. Ahmad Sewang mengangkat komentar dengan menganjurkan menulislah untuk persatuan.
“Saya sangat tertarik dengan tulisan tentang pentingnya persatuan karena perpecahan diantara umat Islam dapat dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam dan akan membuat gaduh,” pesan guru besar sejarah Islam UIN Alauddin tersebut.
Prof. Ahmad Sewang juga mengutip pendapat dari Hasan Al-Banna yaitu, “satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tetapi satu kalimat bisa menembus ribuan bahkan jutaan kepala.”.
Sementara itu Dr. Adi Suryadi Culla memberikan quote terkait hasil karya seorang penulis.
Menurutnya, apabila buku itu telah dibuat maka penulisnya telah mati, biarlah para pembaca yang memberikan pendapatnya.
“Artinya, apabila buku itu telah kita buat, maka kita tak dapat lagi menyanggah pikiran orang terkait buku yang kita buat, biarlah pembaca yang memberikan pendapatnya tentang buku yang dibacanya,” tukas Adi Suryadi Culla yang juga Ketua Forum Dosen serta Dewan Pendidikan Sulsel ini.
Diskusi yang menghadirkan sekira 50 orang peserta ini, terdiri dari berbagai kalangan, baik itu sastrawan, budayawan, akademisi, pelajar, mahasiswa hingga jurnalis serta penggiat literasi.
Di sela-sela diskusi ini, menampilkan pembacaan puisi dari dua siswa SD Borong berjudul Makassar Kotaku karya Rusdin Tompo, Syahrir Patakaki dan juga Rosita Desriani yang membawakan puisi Gerbang Malik (Kepada Saudaraku Marsinah) karya Sapardi Djoko Damono.
Terpisah Koordinator SatuPena Sulsel Rusdin Tompo menyampaikan terima kasih dan rasa syukur atas terselenggaranya kegiatan Peluncuran dan Diskusi Buku Narasi Sederhana Sang Pembelajar pada penghujung tahun 2022.
“Semoga pada tahun 2023 nanti, SatuPena Sulsel sebagai tempat berkumpul dari para penulis dapat melaksanakan kegiatan literasi semacam ini lagi,” singkatnya.
Turut hadir dalam diskusi adalah Zahir Juana mewakili Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulsel, Asnawin Aminuddin (Wartawan Senior), A. Ruhban, Idwar Anwar, Maysir Yulanwar, Arqam Azikin serta para penggiat literasi di Sulsel.