BugisPos

Andi Pasamangi Wawo Ngobrol bareng Dr Liong Rahman, SH, M.Kn

Bugis, Makassar —Perawakannya kecil terkesan lincah. Bicaranya meledak ledak dan humoris.

Saya temui Doktor alumnus Fakultas Hukum Unhas ini di ruang kerjanya, tanpa janji, usai Dhuhur, Senin (28/5) di Jl. Sehati, Karuwisi, Panakkukang kota Makassar.

Berkisah suksesnya berawal dari pekerjaan bapaknya yang tukang sepatu menurun ke dia hingga meraih Sarjana Hukum di Unhas, 1989.

JADI JUTAWAN.

“Agar lebih keren, saat itu saya usaha sendiri dengan membuat papan baca Reparasi sepatu”, kisahnya, sambil menambahkan kebiasaan membaca membawanya jadi Manager Mulitilevel Marketing (MLM), usai membaca buku Best seller pakar ekonomi Kwiek Kian Gie, “Marketing Satu Menit”.

Dikisahkan, seorang teman memberinya pekerjaan MLM yang mengubah hidupnya jadi seorang yang berpenghasilan Jutaan rupiah.

“Saat itu saya jadi lupa diri, hingga menambah dua istri lagi. Hidupi tiga istri, katanya, tetap tidak berpengaruh. Namun badai krismon membuat dunianya terbalik”, ungkap Liong terharu ketika dia wajib membayar nasabah yang dananya diambil Perusahaan bangkrut yang mengangkatnya jadi Manager wilayah di Sulsel.

“Dari pada membawa dampak hukum bagi masa depan, saya selesaikan dengan menjual semua aset yang ada”, tuturnya, mengenang dirinya kembali ke titik NOL.

 6 TAHUN DI S-2.

Hidup tak berkecukupan membuatnya harus ikut saudaranya berdagang keliling toko pakai mobil barang (kanvas) berhari hari. Bahkan, sampai ke Kolaka Utara (Sultra) menembus Bungku, sekarang Morowali (Sulteng) berpendapatan Rp. 200-an ribu, sekali jalan, star dan tiba di Makassar.

Sekali waktu dalam perjalanannya ke Palopo, mobilnya singgah untuk ngopi. Saat itu, dia tertarik beli koran karena merasa bosan dalam perjalanan. Namun ketika membaca berita ‘Program S-2 Kenoktariatan kerjasama UGM dan Unhas’ yang waktu pendaftarannya singkat, dia langsung permisi pulang ke Makassar untuk segera mendaftar.

“Saya langsung pamit sama kakak karena takut ketinggalan. Alhamdulillah, saya diterima”, kisahnya.

6 tahun kuliah dan hampir di ‘DO’ bukan mudah, katanya, karena harus kuliah sambil hidupi keluarga.

“Waktu meneliti saya pilih BUMN. Di kantor Pos dan Giro, saya dapat bantuan karena ternyata ada laba BUMN yang disalurkan ke Usaha Golongan Ekonomi Lemah (Golekmah) yang sesuai dengan usaha saya sebelumnya”, ungkapnya sambil menambahkan,

berkat dana itu, dia bisa menyelesaikan S-2nya, bergelar M.Kn.

Berkat arahan Dr Aidir Amin Daud, SH,MH yang saat itu sebagai Dirjen AHU di Kemenhukham RI, dia memulai profesi barunya sebagai Notaris di Majene, lalu pindah ke Makassar. Padahal, katanya, awalnya berharap di Masohi, Maluku Tengah.

Menurutnya, kini dia sudah menikmati perjuangan hidupnya yang mapan dengan istri pertama dan anak-anaknya.

“Alhamdulillah, saya wajib bersyukur atas limpahan rahmat dan berkah Allah SWT, bisa mencapai cita cita saya”, imbuhnya.

Bahkan, tambah dia, seorang anak wanitanya sudah ikut jejaknya jadi Notaris, menyusul seorang lagi sementara menyelesaikan studinya.

“Menjadi orang baik, haruslah berbuat baik Dan jagan lupa bersyukur”, pesannya, mengajak baca buku ‘Malaikat Keadilan’ karya Best Seller Sydney Shaldon. (AP)

Exit mobile version