Wajo

Santri Menanam, Bumi Tersenyum, MQK Internasional Usung Warisan Hijau Nusantara

181
×

Santri Menanam, Bumi Tersenyum, MQK Internasional Usung Warisan Hijau Nusantara

Sebarkan artikel ini
Breaking News

BugisPos, Wajo — Gelaran akbar Musabaqah Qiraatul Kutub (MQK) Nasional dan Internasional pertama yang akan berlangsung di Kabupaten Wajo, 1–7 Oktober 2025, tidak hanya menghadirkan kegiatan keagamaan, tetapi juga mengusung misi menjaga kelestarian lingkungan.

Rangkaian kegiatan akan diawali dengan pembukaan MQK Internasional di Kampus As’adiyah Macanang, Kecamatan Majauleng, pada Kamis, 2 Oktober 2025. Usai pembukaan, sekitar pukul 13.30 WITA, agenda dilanjutkan dengan kegiatan penanaman pohon di Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang, Kecamatan Tempe.

Direktur Pesantren Kementerian Agama RI, Basnang Said, menyampaikan bahwa penanaman pohon dilakukan secara simbolis oleh Menteri Agama RI, Prof. Nasaruddin Umar, bersama para tokoh pesantren. “Sebanyak 100 lubang sudah disiapkan oleh pramuka santri untuk aksi penanaman ini,” jelasnya.

Kegiatan bertajuk “Gerakan Ekoteologi di Pesantren, Satu Santri Satu Pohon” tersebut akan diikuti oleh seluruh pesantren sesuai zona ekologis nusantara, mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali–NTT, Maluku, Papua hingga Pesisir. “Ribuan pesantren dan jutaan santri akan ikut serta nantinya. Aksi penghijauan ini menjadi yang terbesar berbasis pesantren,” tambahnya.

Selain penanaman pohon, di lokasi yang sama juga akan dilakukan peluncuran digital “Jejak Hijau Santri” secara daring, serta pemutaran perdana video kampanye nasional bertajuk Bumi Pesantren pada pukul 14.30 WITA.

Basnang Said menegaskan bahwa program ekoteologi merupakan prioritas Menteri Agama, Prof. Nasaruddin Umar. “Agama bukan hanya mengajarkan perlindungan terhadap agama, keluarga, harta, akal, dan jiwa, tetapi juga mencakup menjaga serta melestarikan lingkungan hidup atau biat,” ujarnya.

Melalui kegiatan ini, Kementerian Agama berharap pesantren dapat menjadi pelopor lingkungan sekaligus agen perubahan ekologi. “Santri diajarkan bahwa merawat bumi adalah bagian dari ibadah, sekaligus membentuk warisan ekologis yang terdokumentasi secara nasional,” tutupnya.