BugisPos, Masamba – Kemarin pada hari Sabtu, jam 7 pagi, roda mobil berputar membawa harapan. Ain, seorang ibu muda yang tengah menantikan anak pertamanya, digiring ke Puskesmas Masamba. Wajahnya menahan derita, tubuhnya menyimpan waswas. “Persalinan pertama memang begitu, sakit sebab baru mencari jalan,” ujar seorang bidan dengan suara menenangkan.
Waktu bergerak perlahan, tetapi terasa menghantam. Detik berlari menjadi menit, menit melebur jadi jam. Bahkan, hari pun berganti, namun rasa sakit itu tak kunjung reda. Menjelang subuh, air ketuban pecah. Pertanda yang membuat ruang bersalin penuh kecemasan.
Setelah salat subuh, diskusi kecil pecah di antara keluarga dan tenaga medis. Keputusan diambil: Ain harus dirujuk ke Rumah Sakit Andi Jemma, Luwu Utara. Mobil putih dengan sirine yang sering dianggap menakutkan pun bersuara di jalanan, membawa seluruh doa di dalamnya.
Di rumah sakit, ketegangan belum reda. Konsultasi berulang, kepala-kepala menunduk dalam perhitungan serius. Pilihannya kini lebih tegas: operasi caesar. “Air ketubannya sudah bercampur dan berwarna hijau. Kita khawatir kondisi bayi tidak baik,” jelas seorang bidan dengan nada hati-hati.
Administrasi rampung, roda brankar bergerak. Ain dibawa ke ruang operasi. Waswas memuncak, doa semakin kencang. Di ruang itu, hidup seorang ibu dipertaruhkan, juga masa depan seorang bayi yang dinanti.
Beberapa jam kemudian, ketegangan berbuah lega. Dari ruang operasi, kabar bahagia keluar: seorang bayi perempuan lahir, diberi nama Sophia Sarasvati. “Semua ini berakhir dengan syukur. Sophia hadir sebagai jawaban dari doa dan air mata,” ujar Sakkir, sang ayah, dengan suara bergetar.
28 September jadi saksi rasa sakit, ketakutan, dan penantian akhirnya menemukan jawabannya. Tanggal yang sangat cantik sebab sama dengan tanggal pernikahan Ain dan Sakkir pada 28 Desember 2024 lalu. Pukul 10.00 wita Sophia Sarasvati lahir sebagai pemenang di antara doa penantian.