Ini mi Permasalahan Anak Saat Belajar Jarak Jauh
BugisPos — Selama masa pandemi covid-19 hampir 2 tahun ini, anak-anak yang sekolah melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Dengan adanya PJJ ini, banyak orang tua yang mengalami keluhan berbagi masalah belajar anak-anaknya tersebut.
“Dampak utama dari PJJ yang paling utama adalah kesehatan mental anak karena selain learning loss, anak-anak tingkat stresnya itu meningkat tajam,” ujar Samanta Elsener, M.Psi., Psikolog – Psikolog Anak dan keluarga, dalam Webinar Ruang Keluarga SoKlin Antisep.
Dilihat dari survey skala nasional maupun skala global dalam waktu 6 bulan pandemi saja tingkat stres anak dan ibu dari 65 persen meningkat jadi 95 persen. Mungkin, ada yang sudah berhasil bounce back atau sudah kembali normal.
“Mereka juga sudah bisa mengatasi stres, sudah berdamai, sudah tenang,sudah bisa menerima,” ujar Samanta.
“Tapi masih ada yang belum bisa menerima itu karena ada efek samping yang dihasilkan dari kondisi di rumah yang tidak kondusif sama sekali. Kondisi di rumah jadi sering berantem karena jadi sering ketemu. Tingkat konsentrasi anak juga semakin rendah,” tutur Samanta.
Selain itu, Samanta juga menjelaskan bahwa yang sering dikeluhkan orang tua kalau PJJ pada anak-anak adalah motivasi belajarnya sangat menurun. Selain learning loss, ada juga berkurangnya interaksi sosial terlihat kaku.
“Atau justru sebaliknya, masalah bukan dari sekolah atau akademis tapi justru dari rumah. Orang tuanya sering bertengkar, atau bertengkarnya sama kakak-beradik, atau biasanya punya geng tapi di rumah jadi tidak punya geng sehingga tidak merasa punya teman,” kata Samanta.
Kemudian menurut Samanta, dengan adanya PJJ itu berkaitan dengan isu kesehatan fisik karena kurangnya bergerak. Anak-anak khususnya, yang lahirnya tahun 2010 ke atas memliki pola belajarmovement learning. Jika jarang bergerak, mereka juga atensinya jadi menurun.
“Padahal bergerak itu membuat aktivitas seluruh organ tubuh kita, ikut bergerak. Jadi sinyal yang ada di otak itu sinaps nya bergetar. Nah ketika bergetar, jadi memorinya meningkat. Kemudian risiko penggunaan gadget yang berlebihan sudah pasti karena di rumah merasa tidak ada hiburan,” tutup Samanta.
(FIR)