Anyaman, Salah Satu Potensi Bontotiro Masih Butuh ki Perhatian
BugisPos, Bulukumba.- Kabupaten Bulukumba yang dikenal kaya akan potensi obyek wisata, mulai wisata pantai, wisata budaya, wisata gunung dan lainnya.
Salah seorang dosen UNM Makassar Andi Cudai Nur yang juga anggota Komunitas 86 SMANSA Bulukumba menulis catatan terkait potensi wisata yang ada di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba.
Menurutnya, solusi yang ditawarkan untuk Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba memiliki potensi wisata yang cukup potensial, namun belum dikembangkan dengan maksimal oleh pemerintah setempat.
Dalam tulisannya menyebut bahwa kesadaran warga masyarakat pun belum sepenuhnya optimal, sehingga dalam rangka merealisasikan kegiatan PKM, pelaksana kegiatan pengabdian bekerjasama dengan Pemilik Usaha Atap Konjo, Kepala Desa Tritiro, Camat Bontotiro Kabupaten Bulukumba dengan menyepakati kegiatan pengabdian sebagai berikut,
Melaksanakan pelatihan pengembangan keterampilan pengrajin. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, simulasi, dan praktek.
Adapun waktu yang digunakan direncanakan berlangsung selama satu bulan atau empat sampai lima minggu.
Kemudian melaksanakan bimbingan dan pendampingan pengembangan pengelolaan pembuatan kerajinan berbasis masyarakat. Metode yang digunakan adalah ceramah, praktek langsung, latihan menganyam, mengembangkan model dan jenis anyaman, serta simulasi, waktu yang digunakan direncanakan selama lima minggu.
Target Luaran
Berdasarkan rencana kegiatan, maka luaran yang akan dihasilkan setelah melaksanakan kegiatan ini adalah Aparatur kecamatan, kelurahan/desa, dan masyarakat di Desa Tritiro Kecamatan Bontotiro memiliki pemahaman tentang kerajinan menganyam sebagai peluang pendapatan asli daerah dan peningkatan sosial ekonomi masyarakat.
Mengembangkan keterampilan penganyam, membina masyarakat agar mau meningkatkan pengetahuan berwirausaha, serta mengupayakan penambahan jumlah penganyam yang terampil dengan bekerjasama berbagai pihak.
Kemudian Aparatur kecamatan, kelurahan/desa, dan masyarakat di Desa Tritiro, Kecamatan Bontotiro memiliki keinginan, keyakinan, dan keputusan untuk mengembangkan keterampilan serta peningkatan jumlah pengrajin yang ada di wilayah Desa Tritiro Kecamatan Bontotiro.
Menurutnya akan dilakukan peningkatan jumlah pengrajin yang terampil dengan melakukan pelatihan pembuatan desain dan memberikan perwarnaan pada produksi anyaman.
Juga memberikan masukan kepada kepala desa dan aparatnya agar memperhatikan sumber bahan baku yang mulai terbatas, sehingga diarahkan untuk melakukan penanaman pohon lontar sebagai bahan dasar anyaman.
Memasukkan pada program dan kegiatan desa untuk melakukan penanaman pohon lontar, sekaligus memasyarakatkan penghijauan di lingkunga Desa Tritiro.
Sesuai pengabdian dan pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan maka ditarik suatu nilai tambah sebagai berikut,
Pertama pengembangan agro wisata berbasis konservasi, dimaksudkan sebagai pola pembinaan masyarakat dengan tetap mempertahankan keaslian agro-ekosistem dengan mengupayakan kelestarian sumber daya alam lingkungan hidup, sejarah, budaya, dan rekreasi.
Cara pembinaan masyarakat dapat dilakukan secara bertahap yakni, dilakukan sebelum daerah menjadi obyek wisata dan setelah daerahnya menjadi obyek wisata. Pembinaan obyek wisata adalah berupa pembinaan masyarakat mengembangkan segala potensi yang dimiliki, menjadi pengrajin yang terampil dan memiliki kemauan yang kuat untuk mengembangkan potensi desa mereka, dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Pemberdayaan dilakukan dengan pengarahan kepada setiap anggota masyarakat agar mempunyai persepsi yang sama dalam menghadapi berbagai permasalahan manakala wilayahnya akan dijadikan lokasi wisata.
” Apabila masyarakat mempunyai persepsi yang sama, maka mereka akan memberikan sikap dan tingkah laku yang mendukung menuju desa wisata. Sedangkan pembinaan masyarakat menjadi pengrajin penganyam yang paling penting adalah dapat berkelanjutan, dan mengendalikan diri,” tulis Andi Cudai.
Artinya masih menurut Dosen UNM ini, keberhasilan masyarakat harus dipertahankan jangan sampai luntur, dan hanya bekerja sekedar pengisi waktu luang saja.
Tetapi katanya diharapkan dapat bekerja secara produktif, dan propessional untuk mendukung pengembangan produk agar menjadi industry yang potensial.
Baily dalam Cheryl (2000) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses sosial yang multi dimensional yang menolong masyarakat memperoleh kontrol kehidupannya sendiri.
” Kedua pengembangan pembinaan pengrajin kerajinan tangan berbasis masyarakat, dimaksudkan agar pola
pembinaan masyarakat yang menempatkan pembinaan pengrajin yang lebih banyak dan terampil,” tulis Andi Cudai Nur.-(*)