Mau ki Tahu ki Lebih Dekat Pengrajin Perahu Pinisi dan Proses Pembuatannya, Ini Ceritanya

27 June 2024 16:45
Mau ki Tahu ki Lebih Dekat Pengrajin Perahu Pinisi dan Proses Pembuatannya, Ini Ceritanya

BugisPos, Bulukumba.- Sekelompok pelajar SMA Negeri 1 Bulukumba mencoba menelusuri kawasan pengrajin perahu Pinisi di Kecamatan Bontobahari, tepatnya di Kelurahan Tanah beru.

Mereka adalah Amanda Dwi Ramadhani. Nur Aqilah Dafifah LS, Neonel Wanel, Muh Ihsan Harris, Muh Ibnu Aljauzy, Muhammad Svinola dan Sisingoditiro

Mereka pelajar SMA Negeri 1 Bulukumba ini menyusuri perjalanan menuju lokasi pembuatan perahu Pinisi yang berada di Kelurahan Tanah beru Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan , sekaligus mencari tahu siapa tokoh pembuat perahu Pinisi yang sudah terkenal hingga ke manca negara.

Setibanya di lokasi pembuatan perahu Pinisi, para pelajar SMA Negeri 1 Bulukumba Amanda Dwi Ramadhani dan kawan kawan bertemu dengan H.Abdullah Hasan, salah seorang tokoh pengrajin perahu Pinisi, dermawan, dan tentunya pekerja keras.

Hj. Abdullah Hasan dikenal selain sebagai salah satu pengrajin perahu Pinisi sekaligus pemilik usaha penjualan perahu Pinisi.

Dari perbincangan dengan H.Abdullah Hasan, ternyata dia juga orangnya yang sangat
ramah dan ingin berbagi cerita kehidupannya sebagai pengrajin perahu Pinisi.

Sejumlah pertanyaan diajukan para pelajar SMA Negeri 1 Bulukumba ini termasuk apa itu perahu Pinisi.

“Perahu Pinisi itu adalah perahu yang digunakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan. Perahu Pinisi itu banyak ditemukan di sini karena memang lokasi pembuatan Pinisi,” kata H.Abdullah memulai pembicaraanya.

Kemudian masih cerita H.Abdullah Hasan, perahu Pinisi itu ada dua jenis yaitu ada perahu Pinisi yang tradisional dan ada juga yang campuran tradisional modern.

Mengapa disebut campuran Tradisional modern, ? tanya Amanda, spontan H.Abdullah menjawab bahwa karena saat ini harus mengikuti perkembangan teknologi.

Dan katanya, banyak konsumen
yang datang ingin memesan perahu Pinisi dengan nuansa modern, tetapi bukan berarti perahu pinisi tradisional tidak laku.

” Hanya saja peminat perahu Pinisi campuran lebih banyak dari pada
perahu tradisional ” kata H.Abdullah.

Menurut H.Abdullah Hasan,
pembuatan Perahu Pinisi cukup unik, karena proses pembuatannya memadukan keterampilan teknis dengan kekuatan magis.

Tahap pertama dimulai dengan penentuan hari baik untuk mencari kayu (bahan baku).

Menurutnya, biasanya hari baik untuk mencari kayu biasanya pada hari ke-5 dan ke-7 pada bulan berjalan.

Disampaikan angka 5 yang merupakan simbol ” naparilimai dalle‘na, ” ( rezeki sudah di tangan ).

Sedangkan angka 7 merupakan simbol ” natujuangngi dalle‘na ” ( selalu mendapat rezeki ).

Selanjutnya adalah mengeringkan dan memotong kayu, kemudian kayu atau bahan baku tersebut dirakit menjadi sebuah perahu dengan memasang lunas, papan dan memasang tiang layar. Tahap terakhir adalah peluncuran perahu ke laut.

Menurut H.Abdullah, setiap tahapan selalu diadakan upacara adat, misalnya sebelum perahu Pinisi diluncurkan ke laut, terlebih dahulu dilaksanakan upacara “maccera lopi” (mensucikan perahu) ditandai dengan penyembelihan hewan.

Jika Perahu Pinisi yang dibuat berukuran besar, maka hewan yang disembelih adalah seekor Sapi atau jika ukurannya kecil binatang yang disembelih seekor Kambing.

Pada saat peletakan lunas, juga harus disertai prosesi khusus. Termasuk saat dilakukan pemotongan, lunas diletakkan harus menghadap Timur Laut.

“Balok lunas bagian depan merupakan simbol lelaki. Sedang balok lunas bagian belakang diartikan sebagai simbol wanita,” kata H.Abdullah.

Setelah dilakukan ” baca baca ” (mantra) maka bagian yang akan dipotong ditandai dengan pahat.

Pemotongan yang dilakukan dengan gergaji harus dilakukan sekaligus tanpa boleh berhenti. Makanya untuk melakukan pemotongan harus dikerjakan oleh orang yang bertenaga kuat.

Setelah berbincang H.Abdullah Hasan yang juga dikenal sebagai tokoh pembuat perahu Pinisi di Bulukumba, ternyata perahu Pinisi adalah perahu yang sudah tercatat di UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda.

Nah dengan adanya pengrajin perahu Pinisi, tentunya kita bangga, karena salah satu harta benda tradisional yang berasal dari Indonesia khususnya Kabupaten Bulukumba telah diakui oleh dunia.

Banyak makna yang terkandung dalam perahu Pinisi, mulai dari pembuatan sampai dengan pelepasan kapal Pinisi tersebut.

Sebelum pembuatan perahu Pinisi, terlebih dahulu dilakukan pemotongan kayu ulin atau kayu besi yang diberi darah ayam.

Hal tersebut menjadi ritual
pertama pembuatan perahu pinisi yang dimaknai “cukup darah ayam mo saja yang keluar, semoga tidak ada ji yang celaka”.

Setelah itu diharuskan untuk menikmati hidangan yang
manis, ini juga termasuk dalam ritual tersebut.

Selanjutnya setelah proses pembuatan perahu, dilanjutkan dengan proses peluncuran perahu Pinisi ke pantai.

Itu pun sebelum perahu Pinisi menyentuh air laut, terlebih lagi dilakukan ritual.

Perahu pinisi memiliki 7 layar yang menyimbolkan bahwa nenek moyang kita dapat mengarungi 7 samudera.

Banyak pembelajaran yang dapat dipetik dari perbincangan dengan H Abdullah Hasan yang selaku pengrajin dan pemilik usaha perahu pinisi yang ada di Tanah Beru.

Hal ini dapat mendorong semangat untuk terus belajar mengenai warisan budaya yang ada di Indonesia.

Dan bisa saja pembuatan perahu Pinisi ini terhubung dengan salah satu program Kemendikbud Ristek yaitu Profil Pelajaran Pancasila yang mana dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila tersebut terdapat 6 elemen yang disusun, agar pelajar dapat berperilaku sesuai dengan nilai nilai Pancasila.

Salah satu dari ke 6 tersebut adalah Dimensi Berkebhinekaan Global, dimana dalam dimensi berkebhinekaan global mempelajari tentang budaya budaya yang ada di Indonesia, tetapi tidak menutup akses untuk mempelajari budaya
yang ada di luar Indonesia.- Amanda Dwi Ramadhani bersama tim.-

34 Views

Bugispos.com adalah media online yang
menyajikan berita terbaru dan populer, baik hukum, kriminal, peristiwa, politik, bisnis, entertainment, event serta berita lainnya